Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pensiunan dan Lansia Rentan Kemiskinan?

2 Juli 2018   16:50 Diperbarui: 2 Juli 2018   17:23 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.slideshare.net/

Biaya sosial ini kurang diperhatikan oleh para pensiunan. Padahal saya melihat kesukaan para pensiunan itu untuk berkumpul dengan sesama pensiunan atau keluarga. Ketika berkumpul dengan teman, keluarga, tentunya ada biaya-biaya yang timbul seperti transportasi dan biaya makan untuk kumpul-kumpul.

Di Indonesia seringkali terjadi berkumpul-kumpul ditraktir oleh seseorang. Namun, jika para pensiunan itu tak lagi memiliki sumber dana tetap sebaiknya masing-masing membayar sendiri sesuai dengan apa yang dipesannya. Ternyata bukan hanya biasa makan dan piknik yang besar, tapi juga biaya untuk memberikan dana kepada cucu/anak juga masih ada. Dana ini jika ditotal atau dijumlahkan akan semakin besar dibandingkan saat produktif.  

Menjadi bijak saat pensiun ketika memasuki pensiun dengan menghitung kembali berapa pemasukan uang pensiun yang pasti diterima. Dari sekian besar uang yang diterima itu, sebaiknya disinkronkan dengan kebutuhan hidup setiap bulannya.  Jika tidak ada mencukupi tentunya para pensiunan harus menghitung prioritas mana yang harus diberikan.   Kesehatan dan makan jadi faktor utama sedangkan sosialisasi atau jalan-jalan jadi faktor yang kedua.

Apabila mereka yang memang tidak menerima uang pensiunan dari perusahaan , sebaiknya menyediakan dana pensiunan untuk suami istri.

Dana pensiun ini penting sekali untuk dipakai kebutuhan kita sehari-hari.  Tanpa harus memohon bantuan dari anak.  Satu hal yang diyakini bahwa  tidak semua anak itu dijadikan investasi masa depan. Tujuan kita untuk memiliki anak bukan untuk dijadikan investasi karena  kewajiban orangtua ada "mengentaskan" anak dengan pendidikan yang baik sehingga dapat bekerja dengan baik. Tanpa adanya keinginan untuk imbalan sama sekali.

Menutup dari artikel ini saya percaya bahwa pensiunan di Indonesia itu bisa produktif apabila mereka dapat menikmati hari-harinya dengan rasa syukur dari kesehatan yang masih ada, dana yang secukupnya, kehadiran teman-teman dan keluarga dekat tanpa harus memaksakan diri untuk selalu menyenangkan mereka dengan memberikan dana pensiun yang jumlahnya terbatas.

Gaya hidup pensiunan harus berbeda dengan saat produktif,  tidak lagi harus membeli pelbagai macam keinginan yang sebenarnya tak diperlukan seperti alat-alat kecantikan, hobi yang sangat mahal seperti pembelian kamera terbaru, mobil terbaru, dan lain sebagainya.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun