Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mirisnya, Kehilangan Ilmuwan yang Berbobot

26 Juli 2015   21:26 Diperbarui: 26 Juli 2015   21:31 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melihat acara Kick Andy Show tanggal 24 Juli 2015, ada dua ilmuwan Indonesia .  Yang Pertama adalah Nelson Tansu .Dalam usianya yang relatif sangat muda,37 tahun, telah menjadi seorang profesor. Berangkat ke Amerika di usia 17 tahun, dalam usia 20 tahun telah berhasil lulus S1 dengan predikat suma Cumlaude. Telah berhasil mematenkan dan menulis di tulisan Jurnal Ilmiah. 

Ilmuwan yang kedua,  Basuki Endang  Prianto, setelah lulus dari ITB, mendapat beasiswa ke Nanyang University Singapore, lalu mendapatkan doktornya di Swedia.  Beliau begitu hebat mempunyai mastering dalam jaringan telekomunikasi , paten dan inovasi . Berdiam di Swedia yang menyediakan segala fasilitas untuk seorang periset unggul

Mereka berdua tidak ingin kembali ke tanah air saat ini karena negara ini belum memiliki fasilitas dana bagi periset, dan lingkungan yang kondusif untuk periset untuk berkembang sesuai dengan kemajuannya.

Apa artinya kehilangan generasi ilmuwan bagi suatu negara?


Negara tentunya tak mampu untuk meminta kembai Ilmuwan-ilmuwan untuk kembali ke Indonesia dengan alasan apa pun karena negara tidak mampu menyediakan dana riset, fasilitas-fasilitas yang disediakan negara maju dimana mereka telah merasakan nyaman, secured dan berkembang sebagai periset.

Kemampuan dan keahlian para ilmuwan yang sangat brilian, genius dan mampu membuat negara maju makin maju dalam industrinya sangat disayangkan. Bagi negara Indonesia, sebuah kehilangan yang seharusnya dipikirkan untuk masa depan negara ini. Jika semua anak bangsa yang memiliki kemampuan dan kepandaian sebagai ilmuwan lebih memilih negara maju dibandingkan negaranya sendiri. Akhirnya, keterbelakangan dan kemunduran akan terjadi terus menerus dan negara tak akan hanya mampu maju merangkak. Jika kecepatan negara maju ukurannya km, maka negara berkembang seperti Indonesia kecepatannya hanya meter.

Soft Brainwashing yang dilakukan oleh negara Singapore


Pengalaman saya sebagai seorang ibu, pada saat anak sekolah di tingkat SMP (kelas dua SMP), tiba-tiba kepala sekolah mendatangangi 2 orang murid di kelas anak saya.
Kedua anak ini memang sangat berprestasi. Ranking pertama dari awal semester dan sejak kelas SMP1. Seluruh angka dari mata pelajarannya hampir mencapai angka 9.

Kedua anak ini dipanggil untuk diberikan pemberitahuan bahwa mereka harus menjalankan interview dan test untuk penerimaan bea siswa sebagai junior school sampai high school di sebuah sekolah di Singapore.
Ternyata, bukan hanya dua anak berprestasi dari sekolah tempat anak saya bersekolah, tapi beberapa sekolah yang terkenal top kualitasnya dikunjungi oleh sponsor dari Singapore ini. Mereka mencari anak-anak yang punya kemampuan dan nilai akademisnya yang tinggi dan berprestasi tinggi.

Setelah melewati berbagai rangkai test dan interview, anak-anak ini akan diberitahukan hasilnya. Jika mereka berhasil , maka mereka harus menanda-tangani kontrak bea siswa yang sangat berat persyaratannya, salah satunya prestasi mereka tidak boleh turun. Begitu turun, mereka harus keluar dari sekolah, atau jika akan meneruskan harus dengan biaya sendiri. Tidak diizinkan untuk orangtuanya komplain tentang kurikulum dan peraturan sekolah. Orangtua harus tunduk kepada kurikulum dan aturan sekolah. Tak tanggung-tanggung Kementrian Pendidikan Singapore tiap tahun mencari bibit generasi muda brilian, genius di seluruh Indonesia tiap tahun.

Anak saya pernah mencoba, tidak berhasil. Jadi soft brainwash Singapore itu memberikan janji bea-siswa kepada anak-anak Indonesia dengan janji bahwa mereka harus mengikuti peraturan yang ditentukan oleh pemerintah Singapore. Yang pada akhirnya, ikatan dinas itu akan terus mengikat anak itu sampai ke tingkat perguruan tinggi.
Singapore membangun negaranya dari generasi yang sangat muda yang sangat briliant untuk membawa masa depan bangsa itu. Luar biasa pemikiran jangka panjang yang penuh dengan tantangan zaman.

Bagaimana Indonesia membangun negara ini ?


Yang tertinggal di negera ini, segelintir orang yang pintar dengan konsep yang sangat pendidikan masa lalu. Banyak orang pintar dan akademisi yang ada di Indonesia. Hanya sayangnya, pengejaran kepintaran di Indonesia sering disalah tempelkan dengan ijazah. Pengejaran ijazah dan gelar jadi andalan orang-orang yang ingin cepat dan praktis mendapatkannya. Bukan seorang akademisi tulen. Timbulah masalah gelar dan ijzah palsu berterbaran dimana-mana di seantero negeri ini.

Apabila hal ini dibiarkan tanpa mengikis habis akar masalahnya, tentunya negara kita ini akan kehilangan anak generasi muda yang tangguh, pintar, berkarakter .

Saya sendiri tak bisa membayangkan apa yang terjadi apa masa depan bangsa tanpa generasi yang tangguh dan pintar. Seolah negara ini hanya mau melihat masalah dengan pemikiran yang pendek dan bukan pemikiran jangka panjang.
Kehadiran generasi muda yang muda tangguh, pintar, berkarakter, jadi tantangan negara untuk terus menerus menggali ,menciptakan suasana belajar menyenangkan, dan memberikan dana cukup untuk riset.

Riset yang berkolaborasi antara pemerintah, industri, pendidikan harus dibangun dengan kerja-sama yang tangguh . Tak bisa hanya secara parsial, dan hanya urusan pendidikan saja atau pemerintah saja. Semua harus turun tangan untuk mendapatkan keuntungan demi masa depan bukan masa sekarang ini.

Momentum harus dikerjar jika tidak, kita akan terus kehilangan ilmuwan yang dicaplok oleh negara maju dan kita hanya jadi negara yang gigit jari melihat kehilangan potensi yang seharusnya aset dari negara ini.

 Sumber referensi:

Kick Andy Youtube:  https://www.youtube.com/user/KickAndyVideos

Kementrian Pendidikan Singapore: https://www.google.co.id/?gws_rd=cr,ssl&ei=6u60VauKCtWVuAT0sp7ABg#q=minister+of+education+singapore

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun