Mohon tunggu...
Idris Egi
Idris Egi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Fishum I.kom 11730073

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Iqbal Masih Pembebas Budak Anak

13 Januari 2015   06:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:16 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menikah dalam adat tertentu, bisa mengakibatkan perbudakan. Itulah awal dari kisah Iqbal Masih yang menyelami hidupnya di dunia Industri Karpet di Pakistan. Iqbal harus mengikuti permintaan kakaknya yang tidak mampu membeli mahar nikah yang akan diberikan kepada sang isteri. Dengan keluarga tanpa ayah, Iqbal Masih harus menanggung beban tersebut.

Diusianya yang masih empat tahun, selama 12 jam dalam sehari harus duduk terbungkuk di depan mesin yang setiap detiknya memberikan bekas luka di jari mungilnya. Mebuatnya tetap semangat, berpegang teguh pada kepercayaannya, bahwa selama empat tahun ia bekerja, utang kakaknya dari pembelian mahar akan terlunasi.

Namun, siapa pula yang bisa menebak takdir. Kontrak kerja antara Iqbal dan Majikan karpet tidak ada kejelasan sama sekali. Iqbal masih berpikir bagaimana bisa utang yang harusnya lunas selama empat tahun itu masih juga belum terlunasi. Ternyata, upah Iqbal masih dipotong oleh biaya makan yang setiap harinya ia peroleh dari Majikan.

Iqbal sebagai pekerja yang bandel, tidak jarang mendapat hantaman dari para pengawas. Pukulan ke tubuhnya, yang juga dialami oleh teman kerja seusianya di tempat usianya. Pada suatu ketika, Iqbal mencoba kabur dan melaporkan kepada pihak keamanan. Dengan bayang-bayang takut dan cemas, Iqbal membulatkan niatnya untuk kabur dari tempatnya bekerja.

Iqbal menyusuri jalan panjang dengan kaki yang hampir jatuh karena saking seringnya dipukul oleh para pengawas Industri Karpet. Sesekali Ia berhenti karena sudah lelah dan tidak kuat untuk melanjutkan perjalanannya. Akhirnya, Iqbal sampai pada tempat yang Ia tuju. Iqbal menemui komandan Polisi dan mengadukan apa yang telah terjadi di mana tempat Ia dan teman-temannya bekerja.

Sungguh naas nasibnya. Setelah panjang lebar Iqbal melaporkan apa yang dideritanya, komandan Polisi mengembalikannya ke tempat Ia bekerja. Tanpa mengetahui apa yang dibicarakan komandan Polisi dengan Sang Majikan, hanya sebesit mata Iqbal memandang ada selembar uang yang diberikan Sang Majikan kepada komandan Polisi. Iqbal harus kembali bekerja sebagaimana yang sudah Ia lalui setiap harinya.

Kegagalan pertama untuk membebaskan dirinya tidak membuat semangatnya surut. Pada percobaan kedua Iqbal bertemu dengan Ehsan, ketua dari Front Pembebasan Buruh Pakistan disuatu bukit terpencil. Iqbal awalnya kaget dan takut, bahkan trauma dengan kejadian kegagalan sebelumnya. Iqbal Masih tidak lagi percaya dengan seorang pun, kecuali dirinya sendiri.

Ehsan mengajaknya bicara, memberikan selebaran undang-undang baru tentang kebebasan pekerja ilegal. Iqbal diajak ke kantor BLLF (Front Pembebasan Buruh Pakistan), jelas Iqbal masih takut jikalau suatu saat majikannya akan memanggilnya kembali untuk bekerja. Melihat itu, Ehsan meyakinkan bahwa tidak perlu karena kantor di bawah akan di kunci dan tak ada jalan lain naik ke atap (hal, 155).

Dari keyakinan inilah, Iqbal kembali ke tempat Ia dulu bekerja untuk menjemput kawan-kawan seusianya yang terkurung oleh kekerasan kerja yang harus diterimanya. Hampir 3.000 budak anak-anak Ia bebaskan. Namun, sekali lagi, pendidikanlah yang membuat Iqbal berani untuk melakukan tindak pembebasan budak tersebut. Setelah Iqbal keluar dari ruang perbudakan tempat Iqbal bekerja. Iqbal disekolahkan di sekolah pembebasan oleh BLLF, tidak butuh waktu lama untuk sekadar berinteraksi dengan kawan-kawannya. Karena sebelumnya, para guru di sekolah tersebut sudah meceritakan keberanian Iqbal melawan pentungan dan senapan.

Saat Ehsan pergi ke Wina dan bertemu dengan Doug, Ehsan kemudian menceritakan beratus budak anak-anak di Pakistan dan ada satu di antara mereka yang menyelamatkannya. Dialah Iqbal Masih. Doug semakin mencintai cerita Ehsan dan menepati janjinya untuk mendapatkan sebuah penghargaan. Iqbal Masih melesat namanya, pojok-pojok koran menampilkan fotonya saat berpidato di depan banyak pemirsa sebagai pembebas 3.000 budak anak-anak di Pakistan.

Mahalnya kebebasan hanya bisa dibeli dengan tekad kepercayaan diri yang tinggi dan pendidikan. Iqbal Masih yang berumur 4 tahun bekerja di Industri Karpet dengan pentungan dan lelehan darah di jarinya mampu membeli kebebasan tersebut. Perbudakan di suatu negara akan tetap terpelihara jika para elemen negara masih terpeleset masuk ke dalam kepentingannya sendiri. Relawanlah yang mempunyai ketulusan jiwa yang akan menolong mereka, banyaknya LSM dan perkumpulan komunitas yang berdiri di pihak orang-orang tertindas. Perbudakan harus dihapuskan apapun bentuk dan tujuannya!

Judul Buku                  : Aku Bocah 10 Tahun Pembebas Budak Anak

Penulis                         : Andrew Crofts

Penerbit                       : Puspa Populer, Jakarta

Cetakan                       : I, 2013

Tebal Halaman            : vi+262 halaman

ISBN                           : 978-602-8290-95-1

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun