Hari ini genap lebih dari 36
Purnama kutinggalkan desaku
Meskipun rindu aku tak akan kembali
Sebelum awan putih dibalik gunung itu merayuku tuk kembali,
Dan pucuk sawit menyapaku di subuh hari
Desaku kini kian sepi karena aku tak ada
disana, ahh itu hanya perasaanku?
Di parit2 keruhmu dulu kuhabiskan masa kecilku
Menjerat Coturnix ypsilophora dan si ambaroba
Ditempatmu aku belum pernah berjumpa dengan yang namanya….
kini kujumpai di kota ini, kota yang menghempaskanku kedalam api malam yang kelam
Kepada angin senja ibukota sore ini, Kutitip rindu buat desaku
Dan petani dikebun yang sering beradu mulut denganku dulu
karena tanamannya sering kami jadikan sasaran penunda lapar kami
burung pengelana, sampaikan pada rembulan agar menerangi penduduk desaku
Yang mengobrol ngalor-ngalor ngidul
Aku sadar tak banyak yang bisa kuperbuat untuk memperindah desaku
Indah seperti buih-buih beterbangan menuju angkasa
Maukah engkau seperti itu desaku?
Ataukah sebenarnya engkau perlu uang saja?
Berapa desaku? katakan saja padaku
Kan kusampaikan pada negaraku
Daripada uangnya terbuang-buang sia-sia mengurus kesia-siaan
Lebih baik untuk memperdamai desaku
Dengan canda tawa anak-anak bermain bola
Di lapangan berumput jarum di depan rumahku
Tempatku berkelahi dengan kawanku dulu.
Titip rindu buat desaku..
Jakarta, 010412
Choyrul Sholeh
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI