Mohon tunggu...
Hilma 'Ainun Rosyidah
Hilma 'Ainun Rosyidah Mohon Tunggu... -

. If Something Went Wrong,\r\ndon't be Sad.\r\nit's just God's Way to Forgive Your Sin ,.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar sebagai Bentuk Pemakaian Kognisi

1 Desember 2013   08:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:28 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Belajar adalah keterampilan yang perlu dipelajari, bukan diperoleh secara otomatis-ilmiah. Hal ini masih banyak disalahpahami sehingga pada akhirnya banyak orang tua yang menuntut anaknya untuk belajar dan mengeluh bahkan marah ketika anaknya dinilai enggan untuk belajar. Keterampilan ini memang tidak dapat dikuasai oleh semua individu dengan tingkat keberhasilan yang sama-rata. Selain karena dipengaruhi oleh kemampuan berpikir, (yang tentu akan bergantung pada kapasitas berpikir yang dimiliki), juga dipengaruhi oleh kesempatan dan dukungan lingkungan (terutama orang tua). Jadi, harap dimaklumi apabila ada perbedaan kemampuan belajar antara individu yang satu dengan individu yang lain.

Selanjutnya, kita juga perlu mengerti bahwa belajar punya komponen kemampuan dan komponen kemauan. Tidak semua individu mampu belajar, akan mau belajar. Demikian juga, tidak semua individu yang mau belajar, mampu belajar. Itu sebabnya keterampilan belajar perlu diupayakan secara sadar, tidak dapat dipahami sebagai sesuatu yang otomatis akan tercipta. Walau ada individu yang punya kemampuan berpikir baik secara alamiah akan terdorong untuk belajar akibat rasa ingin tahunya, bukan berarti ia lalu pasti akan punya kemauan belajar yang kuat juga. Hal ini dimungkinkan karena secara alamiah kita hanya dibekali pola pikir “enak vs tidak enak”, sementara belajar adalah aktivitas melakukan sesuatu yang belaum dikuasai, sehingga menyulitkan dan terasa tidak enak. Jadi, tanpa kesanggupan menghadapi tuntutan belajar, individu cerdaspun akan menjadi enggan untuk belajar.

Belajar ditentukan oleh kemauan, walaupun perlu didukung kemampuan. Prinsip ini yang menjadi dasar mengapa keterampilan belajar perlu dimulai dengan membangun kebiasaan belajar. Bila individu mempunyai kebiasaan belajar, maka belajar akan dirasakan menjadi hal yang biasa dan bisa dilakukan. Jadi, individu memiliki kenyakinan untuk berhasil. Hal ini akan memicu munculnya kemuan untuk berusaha mencapai keberhasilan. Itu sebabnya, kita perlu membangun suasana keseharian yang mendukung upaya membiasakan disaat kita menghadapi situasi belajar. Baru setelah kita punya kebiasaan belajar, kita dapat memberikan tuntutan jadi bisa, tanpa membuat kita merasa kesulitan.

Dalam kehidupan kanak-kanak, tanda acuan yang dapat digunakan untuk memeriksa apakah ia telah menguasai keterampilan tersebut, antara lain: bisa menunjukkan hal baru yang dimilikinya atau dikuasainya. Misalnya diperiksa seminggu sekali. Jadi, orang tua dapat membuat catatan, apa saja perilaku yang tergolong baru, dalam seminggu itu. Kata “Baru” berarti juga sesuatu yang telah ada/dimiliki tapi kemunculannya belum stabil dan dalam seminggu itu menjadi semakin stabil. Selain mengamati apa yang dipelajari, kita perlu pastikan ia juga mendapat kesempatan mengahdapi hal baru terus, setiap minggunya. Akan menjadi salah dan sia-sia bila kita berharap ia dapat menguasai hal baru, tapi kita tidak memberi kesempatan padanya untuk mengahadapui hal baru.

Dalam kehidupan remaja, tanda acuan yang dapat digunakan untuk memeriksa apakah ia semakin menguasai keterampilan itu, antara lain: sanggup mengevaluasi apa yang telah dilakukan untuk jadi bekal perbaikan dan/atau penyempurnaan; memiliki kesiapan menerima informasi baru; memiliki kesiapan mencoba cara baru; sanggup mengembangkan dan memberdayakan diri (saat dibutuhkan maupun sebagai bentuk investasi masa depan).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun