Mohon tunggu...
Habe Arifin
Habe Arifin Mohon Tunggu...

aku\r\n\r\nhanyalah rindu\r\ndari tapak yang tak perlu\r\ntidak juga kau\r\n\r\naku hanyalah perih\r\nyang perdu dan yang pedih\r\npada cinta, pada tahta\r\n\r\naku\r\ntetap Indonesia\r\nseperih apapun itu\r\nsepedih apapun itu\r\nsekejam apapun itu\r\n\r\naku\r\ntlah menikmati matahari\r\ntlah menikmati bumi\r\n\r\npada siapa aku berterima kasih\r\n\r\n10 Sept 2013\r\nhabe arifin\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tiga Menit yang Menghunjam

10 September 2013   22:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:04 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia



Saya duduk di depan televisi hari ini. Tayangan musibah Dul masih memintaku menyaksikan tayangan infotainment. Makan siang menjadi teman.

Usai tayangan Dul, saya harus melihat iklan. Tayangan iklan itu sekitar tiga menit. Ya, tiga menit yang menghunjam. Dari tiga menit itulah kita bisa menyaksikan tiga peradaban budaya kontroversial yang sepi. Yang haji atau yang berjenggot sama-sama diam. Meski untuk kasus yang kurang lebih sama, seolah dunia ini akan pupus, perang dijadikan jargon, dan sumpah serapah menjadi sayur makanan.

Mari kita lihat pada tiga menit di televisi siang ini. Pertama adalah iklan Lasegar. Iklan ini menampilkan model laki-laki bugil nyaris 95%. Benar-benar hanya mengenakan (maaf) cancut, celana dalam warna biru. Selebihnya "blejet" tanpa sehelai pakaian. Si laki-laki bersama perempuan. Si perempuan berpakaian. Tidak ikut bugil.

Bandingkan dengan Miss World. Kontes kecantikan yang dalam opening masih memakai long dress, hingga lantai. Meski leher terbuka. Bandingkan juga bagaimana penolakannya. Kontroversialnya. Bandingkan juga ayat-ayat kitab suci agama apa saja yang diteriakkan. Bandingkan pula ancamannya. Sekalian bandingkan juga ratingnya ke AC Nielsen.

Adakah yang memprotes iklan Lasegar ini? Tidak. Secuil pun tidak ada. Termasuk lembaga semacam KPI juga bisu, ah mungkin buta. Tidak melihat iklan ini sebagai "bugil." Sesuatu yang sudah diatur dalam regulasi UU Penyiaran.

Pertanyaan sederhana. Di manakah para penentang dan pengusung ajaran etika dan pendukung utama agama samawi ini bersembunyi?

Jika mau lebih detail, iklan conicare juga idem dito. Bedanya, aktornya anak-anak perempuan dan laki-laki yang belum balig. Tapi mohon dicatat: mereka juga 95% bugil.

Mari kita saksikan iklan kedua dalam tiga menit yang jahanam itu. Iklan pembersih kewanitaan (?) (Maaf, saya lupa sesaat). Iklan ini menggambarkan secara vulgar bentuk tubuh perempuan hanya bagian bawah organ perempuan, mulai dari pusar hingga di atas paha. Bentuknya memang bukan aktor, tapi gambar. Bagian "Miss V" nya sedikit dikaburkan.

Coba cek UU Pornografi dan RPP-nya (maaf, saya dengar RPP Pornografi ini sudah disahkan menjadi PP. Mohon koreksi). Gambar atau sketsa yang menunjukkan organ vital manusia masuk dalam kategori pornografi. Selama mengikuti pembahasan RPP Pornografi, gambar, sketsa, grafik yang semua mengarah ke bentuk alat vital dan sekitarnya yang ditampilkan di ranah publik adalah porno.

Jadi, iklan ? , menurut pemahaman saya yang sempit ini adalah pornografi. Sesuai regulasi seharusnya melanggar (pemahaman saya bisa saja salah).

Jika interpretasi saya benar, kembali saya bertanya. Ke manakah para penjaga moral yang selama berteriak paling lantang itu?

Ya, pertanyaan itu memang tak selamanya harus saya pertanyakan kepada mereka. Mereka? Ya, mereka yang sejak event Miss World ini berteriak-teriak di berbagai media. Bisa juga saya tanyakan pada penjaga regulasi di negeri ini. Apalagi jika tidak salah, PP Satgas Pornografi juga sudah dibentuk.

Pertanyaan lain bisa juga saya ajukan ke diri saya sendiri hehe. Saya bertanggung jawab secara moral pada peradaban bangsa ini. Seharusnya, saya juga turut berkontribusi. Memaki saja tidak cukup. Bangsa yang suka memaki dan menghasut pertanda bangsa yang kalah dan gagal.

Jika kita semua bisa konsisten dan istiqomah, kita bisa produktif menciptakan karya terbaik. Menjadi penjaga moral, jadilah yang terbaik dan jangan pilih-pilih kasus, jangan diskriminatif, dan harus antisuap plus antipopularitas.

Iklan ketiga tak terkait pornografi tetapi dampaknya bisa lebih hebat dari pornografi. Iklan Hilo. Awal adegan is good. Nenek baca buku. Beberapa anak muda mengajak main basket. Sceen selanjunya, inilah yang disayangkan. Buku dibuang. Bedebam ke tanah. This is bad.

Saya teringat "ekor" email Eko Prast tentang seruan Milan Kundera. Intinya untuk menghancurkan peradaban, musnahkan buku. Iklan Hilo masuk dalam kategori ini. Dalam bahasa berbeda, iklan itu bisa diterjemahkan "Hancurkan peradaban, buanglah bukumu."

Semoga terjemahan ini salah. Semoga pula produsen Hilo bisa menghilangkan adegan buang buku itu. Saya yakin produsen tak bermaksud menghancurkan peradaban. Saya juga yakin produsen Hilo bisa memperbaiki iklannya.

Kesalahan bisa dibenahi. Kita semua bisa memperbaiki diri. Saya optimis bangsa ini besar dan bermartabat, memimpin peradaban, tak hanya di Asia tetapi dunia. (Habe Arifin)

Jakarta, 10 September 2013
Habe Arifin

REVOLUSI PUTIH: Mengganyang Kebodohan, Mencerdaskan Bangsa

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun