Ya, pertanyaan itu memang tak selamanya harus saya pertanyakan kepada mereka. Mereka? Ya, mereka yang sejak event Miss World ini berteriak-teriak di berbagai media. Bisa juga saya tanyakan pada penjaga regulasi di negeri ini. Apalagi jika tidak salah, PP Satgas Pornografi juga sudah dibentuk.
Pertanyaan lain bisa juga saya ajukan ke diri saya sendiri hehe. Saya bertanggung jawab secara moral pada peradaban bangsa ini. Seharusnya, saya juga turut berkontribusi. Memaki saja tidak cukup. Bangsa yang suka memaki dan menghasut pertanda bangsa yang kalah dan gagal.
Jika kita semua bisa konsisten dan istiqomah, kita bisa produktif menciptakan karya terbaik. Menjadi penjaga moral, jadilah yang terbaik dan jangan pilih-pilih kasus, jangan diskriminatif, dan harus antisuap plus antipopularitas.
Iklan ketiga tak terkait pornografi tetapi dampaknya bisa lebih hebat dari pornografi. Iklan Hilo. Awal adegan is good. Nenek baca buku. Beberapa anak muda mengajak main basket. Sceen selanjunya, inilah yang disayangkan. Buku dibuang. Bedebam ke tanah. This is bad.
Saya teringat "ekor" email Eko Prast tentang seruan Milan Kundera. Intinya untuk menghancurkan peradaban, musnahkan buku. Iklan Hilo masuk dalam kategori ini. Dalam bahasa berbeda, iklan itu bisa diterjemahkan "Hancurkan peradaban, buanglah bukumu."
Semoga terjemahan ini salah. Semoga pula produsen Hilo bisa menghilangkan adegan buang buku itu. Saya yakin produsen tak bermaksud menghancurkan peradaban. Saya juga yakin produsen Hilo bisa memperbaiki iklannya.
Kesalahan bisa dibenahi. Kita semua bisa memperbaiki diri. Saya optimis bangsa ini besar dan bermartabat, memimpin peradaban, tak hanya di Asia tetapi dunia. (Habe Arifin)
Jakarta, 10 September 2013
Habe Arifin
REVOLUSI PUTIH: Mengganyang Kebodohan, Mencerdaskan Bangsa
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI