Mohon tunggu...
Vema Syafei
Vema Syafei Mohon Tunggu... profesional -

Grow up, move on, stop holding grudges, forgive, forget, and live in the moment with eyes on my future

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Si Unyil 'Tidak Naik Kelas,' Pak Raden Meradang...

16 April 2012   09:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:33 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_172020" align="aligncenter" width="427" caption="Saya memangku Pusy (kucing Pak Raden) dan Pak Raden"][/caption] Sore ini setelah bertemu klien, saya menyempatkan diri ke daerah Petamburan, Jakarta Pusat. Tepatnya ke kediaman Pak Raden. Kenapa saya sangat ingin mampir adalah karena serial Si Unyil telah mewarnai hari-hari kecilku dulu. Generasi yang pada masa kecilnya di era '80-90-an pasti memiliki pengalaman yang sama ketika di Hari Minggu pagi saat sedang bermain di luar bersama teman-teman, mendadak akan pulang ke rumah masing-masing saat tayangan Si Unyil akan segera dimulai. "Hompimpah alaihum gambreng.... Unyil kucing..!" Begitulah awal tayangan Si Unyil biasa dimulai setelah prelude themeshong dari PFN (Perusahaan Film Negara). Beruntung sekali saat persis tiba di Jalan Petamburan III, aku bertemu dengan mobil Global TV, yang baru saja mengantarkan pulang Pak Raden dari acaranya. Bersamaan saya juga hadir pula dua orang dari Yayasan Kesetiakawanan dan Kepedulian. Dan belakangan saya mengetahui bahwa mereka saat itu memberikan donasi sebesar Rp 25 juta rupiah kepada Pak Raden. Penyerahan itu dilakukan secara simbolis oleh Wakil Sekretaris yayasan tersebut, Pak Setiawan Ambardy. [caption id="attachment_172014" align="alignnone" width="339" caption="dok. pribadi"]

1334568579753672228
1334568579753672228
[/caption] Akhir-akhir ini sejak persoalan hak cipta Si Unyil mencuat di media massa, kesibukan Pak Raden mendadak bertambah banyak. Tidak sekedar medical check up saja melainkan juga undangan wawancara dari berbagai TV. Hari ini saja (16/4/2012) di pagi harinya Pak Raden diwawancara oleh TV One dan lanjut diundang oleh Global TV. Dan di siang hari itu Metro TV pun tidak mau ketinggalan mendesak tim manajemen Pak Raden untuk hadir dalam satu sesi wawancara 8 Eleven Show. Dering telepon pun kini lebih sering berbunyi, tidak saja dari kurator lukisan yang sedianya akan menilai lukisan-lukisan Pak Raden yang akan dipamerkan dalam beberapa bulan ke depan, tapi juga telepon dari sesama alumni ITB yang turut mendukungnya. Sekilas tentang persoalan Pak Raden adalah bahwa secara legal Pak Raden telah menandatangani kontrak hak cipta Si Unyil dengan PFN untuk jangka waktu 5 tahun (1995-2000). Lalu di tahun 1998, pihak PFN menawarkan Pak Raden kontrak baru yang tidak ada jangka waktunya. Pak Raden yang memang memiliki hubungan erat dengan PFN, percaya saja bahwa hal itu adalah hal yang baik. Namun siapa sangka langkah tulus dari Pak Raden itu malah menjadi hal yang sangat merugikannya di kemudian hari. Tentu saja persoalan ini jika dibawa ke ranah legal, PFN memiliki kekuatan di atas kertas. Namun masihkah Badan Usaha Milik Negara itu memiliki hati nurani bahwa justru langkah 'kekeluargaan' dengan menawarkan kontrak baru (tanpa jangka waktu) itu sangat merugikan 'orang tua kandung Si Unyil..??' Kalau Disney sebagai orang tua kandung dari Mickey Mouse dan kawan-kawan bisa meraup profit hingga $1.48 milyar, maka berbanding 180 derajat dengan Pak Raden yang justru kehilangan 'anak'nya sendiri yang direnggut oleh pihak pemilik modal. PFN mungkin bisa berkelit bahwa hak cipta Si Unyil itu pada awalnya meski diciptakan oleh Pak Suyadi (Pak Raden), lantas difasilitasi oleh PPFN untuk dibuatkan gambarannya. Namun jika memang sedari awal PFN merasa Si Unyil adalah 'milik bersama' para penggagas dan fasilitator awal, lalu mengapa PFN menawarkan kontrak dengan Pak Raden di tahun 1995. Ini berarti PFN sedari awal memang mengakui bahwa Si Unyil adalah 'milik' Pak Raden. Kehadiran saya tidak lama di rumah Pak Raden karena memaklumi betapa lelahnya ia akibat semakin padat kegiatannya. Chiffon Cake dari Holland Bakery yang saya beli sebelumnya pun kuserahkan pada Pak Raden yang menerimanya dengan penuh sukacita. "Hahaha... saya tidak akan makan siang.. hanya makan kue ini saja... saya suka sekali dengan kue..." ujar Pak Raden dengan suara beratnya yang khas....
13345679171850794709
13345679171850794709
Dulu ada lelucon bahwa Si Unyil tidak pernah naik kelas. Karena sejak ditayangkan tahun 1981 hingga tahun 1993 di TVRI, Unyil tetap saja masih SD... bhuehuehuehehehe.. coba bayangin berapa tahun tuh Unyil bersekolah SD.... :) Tapi dengan realita persoalan Pak Raden ini terbukti memang Si Unyil "tidak berhasil naik kelas" menjadi tayangan yang mampu bersaing dengan tontonan anak-anak dari luar. Dan kini 'orang tua kandung'nya pun malah terpuruk kehilangan 'anak'nya... Yah.., sudahlah.. kini hanya dukungan dari berbagai pihak, swasta, dan elemen masyarakat lainnya yang bisa terus memberikan support kepada Pak Raden baik dari segi finansial maupun support moral. Dalam satu dua hari ke depan pun pihak dari MNC Group berencana untuk memberikan asuransi kepada seniman gaek ini. Yuk kita kemon.... :) Tentang Si Unyil Tentang Pak Raden

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun