Mohon tunggu...
A. Dahri
A. Dahri Mohon Tunggu... Penulis - Santri

Alumni Sekolah Kemanusiaan dan Kebudayaan Ahmad Syafii Maarif (SKK ASM) ke-4 di Solo

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menebak Kesalehan

14 Januari 2020   01:16 Diperbarui: 14 Januari 2020   01:48 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Erva Kurniawan. Wordpress.com

"Wahai Orang yang beriman, jika kamu sedang -- akan bepergian dengan tujuan beribadah di jalan Allah maka selidikilah, janganlah mengutuk seseorang dengan mengatakan bahwa "Kamu bukan seorang mukmin." Atau kemudian merampas hartanya, padahal Allah melimpahkan harta bagimu yang beriman. Dan Allah Maha Mengetahui setiap apa yang kamu kerjakan." (Qs. An Nisa': 94)

Tembang jawa sunan kalijaga sangatlah akrab di telinga. Tombo ati, Wong Kang Sholeh Kumpulana. Sebagai umat pastinya menyandarkan diri kepada siapapun yang dianggap shaleh. Shaleh budi pekerti dan akal budi. Utamanya kepada Nabi. Sebagai uswah yang tertanam di dalam diri.

Prespektif berkumpul dengan orang shaleh sangatlah beragam. Perihal harapan pun beragam. Berteman dan berkawan dengan sebanyak-banyaknya orang. Adalah kunci untuk saling menghargai perbedaan. Bukan memberi penilaian. Tetapi berusaha mencari gambaran dan terus belajar berkembang. Hati dan pikiran sejalan. Karena hanya Tuhan yang berhak memberi penilaian.

Di satu sisi kian merata perhelatan. Sekumpulan orang merasa baik dan paling beriman. Menganggap yang lain kurang ketimbang dirinya. Dalam konteks cinta akan salah jalan. Apalagi ketika berhubungan denga Tuhan. Karena Tuhan memandang di dalam hati bukan pakaian. Iman adalah keteguhan hati dan pengabdian. Tidak ada berkah terbesar dalam hidup selain cinta. Dan Tuhan mengajari manusia untuk saling menyinta.

Sayangnya ada alasan "manusiawi" yang menjadi bumbung besar. Egoisme yang enggan untuk belajar merasa bersalah. Belajar merasa bukan siapa-siapa. Kata Rumi "Jika kau tuangkan lautan ke dalam sebuah bejana, seberapakah ia akan mempu menampungnya?" kemudian di sambung lagi dengan uangkapan "Jendela mampu menerima sebanyak-banyaknya cahaya yang masuk ke dalam rumah.

Sedangkan rembulan, cahayanya memenuhi ufuk timur dan barat." Artinya manusia masih memiliki kecenderungan dan keterbatasan. Pada akhirnya memberi pesan kepada saya pribadi, bahwa untuk mencapai tali Tuhan (Habl) tidak hanya pengabdian kepadaNya saja, melainkan bersikap baik kepada sesama.

Mencintai sesama adalah bentuk relasi keimanan. Disampaikan dalam Sunnah Nabi perihal ini. "Maka tidak dikatakan beriman ketika sesorang tidak menjaga cintanya (rasa hormat dan menghargai) bagi orang lain." Dan Agaknya tahapan cinta yang pertama adalah manusia. Sekalipun menjadi piranti untuk mengenali diri sendiri. Dan menjadi pelajaran bagi saya pula untuk mengenali kristal-kristal cahaya Tuhan. Cahaya yang terpancar kepada seluruh ciptaan-Nya (Makhluk). Sehingga pertalian Tuhan terekam dalam tali kasih antar sesama manusia. Pun makhluk yang lain.

Islam adalah kasih sayang. Syaih Abu Sa'id Ibn Abi al Khair mengatakan hati islam adalah taswuf. Di mana proses melepaskan apa yang dipikirkan. Memberikan apa yang digenggam. Kemudian menghadapi apa yang sedang terjadi. Islam menyimpan segudang piranti kasih dan sayang. Memuliakan sesama manusia. Mengenyampingkan sikap merugikan satu sama lain. dan Islam memberikan ruang pengabdian kepada Tuhan seluas-luasnya. Tanpa mengenyampingkan keimanan. Untuk saling menghargai perbedaan adalah anjuran cinta dalam Islam.

Khaslatani la syaia Afdhalu min huma al iman billah wa annaf'u lilmuslimin. Dikatakan oleh Syihabbuddin Ahmad bin Hajar 'Asqalani. Bahwa tidak ada yang lebih utama selain beriman kepada Tuhan dan bermanfaat bagi sesama. Muslim adalah gambaran orang yang menjaga ketenangan. Kedamaian bagi siapapun. Sesuai dengan Islam sebagai rahmat bagi siapa saja. Cuplikan pengantar dari Pastor keuskupan paris Cristan Delorme pada buku Syaih Khaled Bentounes mengatakan; bagi Syaih sufi penghormatan cinta kepada kaum kristiani sangatlah besar, tanpa keluar dari keimanan islamnya. Dengan kata lain pengabdian diri kepada Tuhan terpancar pada kondisi menyayangi sesama manusia. Memberi manfaat satu sama lainnya. Tanpa memandang privasi agamanya.

Pelajaran yang saya temukan kembali adalah menjaga ukhuwah Islamiah wa Wathaniah. Persaudaraan adalah kunci kebersamaan dan kesejahteraan bangsa. Perbedaan adalah anugerah. Manusia tidak mampu membendungnya. Apalagi menyama ratakannya. Afala yanduruna ila al ibili kaifa khuliqat? Kata Tuhan. Tidakkan kau tengok (pikir dan renungkan) bagaimana proses penciptaan. Karena terkadang manusia cenderung melihat pada eksistensi dirinya ketimbang kelangsungan kebersamaannya.

Cahaya Tuhan melingkupi segenap ciptaanNya. Tidak satupun yang terlewatkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun