Mohon tunggu...
Yuli Riswati (Arista Devi)
Yuli Riswati (Arista Devi) Mohon Tunggu... Jurnalis

Purple Lover. I am not perfect but I am unique.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Commuting dari Kaca Mata Introvert: Mencari Ruang Aman di Tengah Keramaian

24 Agustus 2025   12:30 Diperbarui: 24 Agustus 2025   22:43 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Naik Kereta Yuk!" Foto Docpri: Yuli Riswati 

Bagi banyak orang, perjalanan ke tempat kerja (commuting) adalah rutinitas yang melelahkan. Kemacetan, desakan penumpang, dan riuh suara kota bisa membuat energi terkuras bahkan sebelum pekerjaan dimulai. Sebagai seorang introvert, saya merasakannya dengan cara yang sedikit berbeda: perjalanan panjang itu bukan hanya soal fisik, tapi juga soal bagaimana menjaga ruang aman untuk diri sendiri di tengah keramaian yang tidak bisa saya pilih.

Memilih Tempat: Pinggir Jendela, Pojok, atau Berdiri Strategis

Setiap kali naik kendaraan umum, hal pertama yang saya cari adalah tempat duduk. Kalau beruntung, saya akan memilih posisi di pinggir jendela atau di pojok, tempat di mana saya bisa merasa terlindungi, tidak terlalu terekspos, sekaligus punya jarak aman dengan keramaian.

Tapi tentu saja, kesempatan itu tidak selalu ada. Saat tidak ada pilihan, saya lebih memilih berdiri. Namun, berdiri pun ada strateginya: saya akan berdiri di samping pintu atau dekat besi pegangan yang bisa dijadikan sandaran. Saya lebih nyaman begitu daripada menggantungkan tangan di pegangan atas, yang membuat tubuh goyah, tidak stabil, dan terasa semakin melelahkan.

Headset sebagai Pelindung Sunyi

Bagi saya, earphone bukan sekadar alat untuk mendengarkan musik. Ia adalah pelindung sunyi. Dengan memutar playlist favorit atau sekadar mendengarkan instrumen tenang, saya bisa membatasi suara bising yang masuk. Headset juga memberi isyarat tidak langsung bahwa saya sedang tidak ingin mengobrol. Saya memang lebih memilih untuk tidak membuka percakapan yang tidak perlu dengan orang di sekitar, bahkan menghindari menerima telepon sepanjang perjalanan.

Mengubah Waktu Bosan Jadi Ruang Refleksi

Diakui atau tidak, perjalanan sering terasa lama dan membosankan. Saat itulah, saya mencoba mengalihkan pikiran. Alih-alih gelisah menghitung menit, saya gunakan waktu itu untuk refleksi kecil: memikirkan hal-hal yang saya syukuri, merapikan rencana hari ini, atau sekadar mengembara dengan pikiran ke hal-hal yang menyenangkan. Sesederhana itu, tapi cukup membantu perjalanan terasa lebih ringan.

Menemukan Ketenangan di Tengah Riuh Kota

Bagi saya, commuting bukan sekadar aktivitas fisik dari titik A ke titik B. Ini juga proses mental untuk melindungi energi diri. Menemukan ketenangan di tengah riuh kota, meski hanya sebentar, adalah cara saya menjaga diri tetap waras. Dan mungkin, setiap orang punya caranya masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun