Mohon tunggu...
Mustaqim Latu
Mustaqim Latu Mohon Tunggu... Freelancer - @mustaqimlatu

Gam zeh Ya'avor ~ Ini juga akan berlalu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berdamai Dengan Wabah

23 Mei 2020   05:56 Diperbarui: 23 Mei 2020   06:20 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dahi mereka mengernyit, lekukannya seperti kulit pantat yang kedinginan. Bayangkan dahsyatnya pernyataan itu, ia mampu merangkum sejarah umat manusia. Yang saya yakin, jika itu ditulis oleh para cerdik pandai, akan menghabiskan berkertas-kertas, bertinta-tinta, berbuku-buku, dan berpohon-pohon. Ah, betapa puasnya.

"Lalu, apa dasarnya penyataan itu bisa dikatakan demikian hebatnya?"

Aha.. pertanyaan yang ditunggu-tunggu. Ini waktunya menusuk dan habisi mereka dengan apa yang saya dapat dari buku tebal. 

"Takhayul,  Saudara-saudara..." 

Saya diam, berikan sedikit jeda agar mereka bisa pura-pura berfikir.

"Takhayul adalah senjata utama moyang kita sejak jaman prasejarah. Dengan takhayul, mereka telah memenangi pertempuran melawan berbagai macam wabah dan kerasnya alam. Dengan demikian, untuk bertahan hidup dalam situasi seperti ini, seyogyanya kita harus kembali ke jaman prasejarah dengan memproduksi takhayul sebanyak-banyaknya."

"Berdamai dengan wabah adalah takhayul itu sendiri!!"

Sebagai penutup, saya akan berteriak "eurekaaa!!" meniru Archimedes saat menemukan teori kapal mengapung di dalam kamar mandi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun