Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis, editor, pengajar yoga

Pemerhati isu-isu kesehatan dan hal-hal lain yang berkaitan dengannya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Mau Perpanjang Harapan Hidup? Olahragalah tapi Jangan Ekstrem

14 Maret 2025   08:07 Diperbarui: 22 Mei 2025   14:20 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga memang harus tapi ingat batas. (Foto: Ketut Subiyanto via pexels.com)

Tren olahraga makin meluas beberapa tahun terakhir ini di Indonesia. Fenomena ini tentu menggembirakan mengingat bangsa Indonesia masih memiliki tingkat kebugaran secara umum yang bisa dikatakan sangat rendah. 

Menurut Indeks Pembangunan Olahraga yang disusun oleh Kemenpora, di tahun 2024 Indonesia IPO Indonesia mencatatkan peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 0,007 poin, dari 0,327 pada 2023 menjadi 0,334. 

Dengan kata lain, masih banyak orang Indonesia belum mau dan sadar pentingnya olahraga (baca: journo.id) dan ini berdampak besar pada prestasi olahraga Indonesia di kancah internasional. Buktinya di Olimpiade prestasi kita 'memble' padahal dalam hal jumlah penduduk Indonesia terbanyak nomor 4 di dunia.

Meski di satu sisi masih banyak orang Indonesia yang malas olahraga, di sisi lain kita bisa temukan juga anak-anak muda dan kaum paruh baya yang keranjingan olahraga ekstrem semacam CrossFit, lari marathon, competitive bodybuilding, sepeda jarak jauh, dan sebagainya.

Tujuan mereka berolahraga begitu keras biasanya karena tren gaya hidup, mencari jati diri, mencari validasi eksternal, mengisi waktu luang, mendapatkan body goal tertentu atau karena ingin lebih bugar dan sehat serta panjang umur dan menua dengan sehat.

Sayangnya, kadang sebagian lupa bahwa makin keras berolahraga, belum tentu kita makin panjang usia. Bahkan malah akibatnya bisa memperpendek usia yang biasanya diakibatkan memakai zat peningkat performa tanpa pengawasan dokter dalam jangka panjang.

More Is Not Always Better

Tim peneliti dari University of Jyvskyl, Finland, meneliti kaitan antara aktivitas fisik dan risiko kematian dalam jangka panjang dan untuk mengetahui apakah kegiatan fisik bisa menurunkan risiko kematian akibat kerawanan genetik terhadap penyakit-penyakit. Sebagai informasi, studi ini melibatkan 22.750 orang Finlandia yang lahir sebelum tahun 1958. Temuan dipublikasikan di laman sciencedaily pada 13 Maret 2025.

Hasil studi ini ternyata menunjukkan bahwa kegiatan fisik yang bersifat moderat (tidak terlalu ringan tapi juga tidak terlalu keras dan menguras energi) dalam jangka panjang memberikan manfaat paling banyak jika kita ingin memperpanjang angka harapan hidup.

Bahkan peneliti menyatakan bahwa aktivitas fisik yang terlalu ekstrem dan keras tidak membawa manfaat ekstra bagi kesehatan dan harapan hidup. Namun, dalam jangka pendek diakui memang level intensitas aktivitas fisik yang makin tinggi bisa menurunkan risiko kematian seseorang.


Lebih lanjut, peneliti mengatakan bahwa harapan hidup mereka yang olahraga keras tak jauh berbeda dari mereka yang kurang berolahraga. Dengan kata lain, berolahraga terlalu keras justru bisa membuang waktu dan mensabotase Anda dalam mencapai tujuan untuk menjaga kebugaran dan menua dengan sehat.

Jangan Terjebak Kuantitas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun