Keterampilan menulis makin dibutuhkan saat ini. Kita makin banyak disuguhi informasi dengan begitu banyaknya informasi yang mengalir di Internet dan media konvensional.
Dan setelah menyerap semua itu, kita diharapkan juga dapat memberikan respon atau tanggapan. Semua orang bisa memberikan tanggapan secara lisan tanpa harus banyak berpikir.Â
Tetapi untuk menulis sebuah tanggapan yang runtut, sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan (karena makin banyak orang menulis dan tidak sadar mereka harus bertanggung jawab untuk itu, sebut saja penulis berita bohong alias hoax), tidak semua orang bisa melakukannya. Diperlukan kerja keras intelektual yang lebih besar dan waktu yang lebih panjang untuk menyiapkannya, menyuntingnya hingga sampai ke penayangannya ke publik luas. Tidak semua orang sesabar dan segigih itu.
Untuk mengukur baik buruknya keterampilan menulis sebetulnya mudah, yakni bagaimana kita bisa mengetahui mudah tidaknya sebuah gagasan dalam tulisan ditransfer dari benak penulis untuk kemudian dipahami oleh orang lain.
Tulisan tersebut juga harusnya disusun secara teratur, terorganisir dan sistematis sehingga dapat dimengerti siapa saja yang membacanya.Â
Sering saya suruh siswa saya untuk membaca kembali tulisannya sendiri. "Jika kita yang menulis saja merasa bingung dengan tulisan kita sendiri, apalagi orang lain yang membaca tulisan kita?" nasihat saya.
Para siswa sekarang terpapar dengan banyak produk konten bahasa asing terutama bahasa Inggris. Dan mereka saya akui sudah piawai dalam hal kosakata.
Hanya saja, untuk urusan kecermatan memilih kata dan merangkainya agar bisa dipahami pembaca, anak-anak di usia sekolah (SD, SMP, SMA) masih belum begitu sensitif.Â
Mereka kerap terjebak pada anggapan "makin rumit, panjang, dan susah dipahami tulisanku, semakin guruku akan menganggapku pandai, dan orang lain menganggapku pintar".
Alhasil, kalimat-kalimat mereka banyak bertaburan kata yang susah dipahami oleh mereka sendiri dan terkesan ditempatkan di dalam tulisan tanpa alasan kuat. Hanya untuk memberi kesan cerdas. Padahal justru membingungkan pembaca.
Dengan menulis, kita juga bisa mengasah kemampuan berpikir kritis. Hal ini selaras dengan pendapat Orson Wales yang berkata:"Jika seseorang tidak bisa menulis dengan baik, mereka juga kurang bisa berpikir dengan baik juga."Â