Di tepian malam yang sunyi,
kuhitung detak waktu yang enggan berlalu,
mengais rindu di antara sepi,
merajut harap dalam gelap yang kian pilu.
Ada bayangmu di setiap hela napas,
menghantui jiwa yang lemah tak berdaya,
namun hadirmu hanya bayang semu,
membawa luka yang terus menganga.
Kenanganmu bagai duri dalam daging,
menusuk perlahan hingga tak terasa lagi,
tapi darah yang mengalir adalah rinduku,
yang mengalir deras tanpa akhir yang pasti.
Aku menunggu dalam kesunyian,
menggenggam erat rindu yang tak pernah kau sambut,
dalam setiap doa yang kuucap malam ini,
hanya ada satu harap---kau kembali, meski hanya sekali.