Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

"Tooth Scaling" untuk Kurangi Risiko Serangan Jantung dan Stroke

23 Mei 2019   15:22 Diperbarui: 26 Mei 2019   07:48 980
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini saya pergi ke dokter gigi lagi setelah sekian lama absen.

Dengan kebiasaan menyikat gigi setiap hari dua kali, terbukti kebersihannya memang terjaga. Gigi geligi saya juga terhindar dari lubang dan sakit gigi yang sangat menyiksa.

Dan kali ini saya sengaja mencoba sebuah prosedur bernama "scaling and polishing".

Sebelumnya saya memang hanya ke dokter gigi cuma untuk cabut gigi, dan itu sudah lama sekali saat usia anak-anak. Namun, sekarang saya ingin lebih intensif lagi merawat gigi karena ternyata kesehatan gigi tak cuma berkaitan dengan pencernaan. Dampak kesehatan gigi lebih jauh daripada itu.

Prosedur "scaling and polishing" ini sebenarnya mirip penyikatan gigi tetapi jauh lebih efektif karena dokter gigi profesional yang melakukannya dengan menggunakan alat yang tak tersedia secara luas. Dan karena membersihkan gigi hanya dengan sikat gigi dan pasta gigi serta benang gigi (dental floss) belum cukup untuk kebersihan gigi yang paripurna.

Secara rutin tiap 6 bulan sekali setidaknya kita mesti melakukan prosedur ini agar gigi terhindar dari penumpukan plak yang membandel dan bisa memicu lubang dan masalh gigi lainnya.

Kesehatan gigi dan gusi bisa menjadi satu indikator risiko serangan jantung dan stroke. (Foto: Wikimedia Commons)
Kesehatan gigi dan gusi bisa menjadi satu indikator risiko serangan jantung dan stroke. (Foto: Wikimedia Commons)
Sebelum menjalani prosedur pemeriksaan gigi, saya diharuskan melakukan pemotretan rontgen. Tujuannya agar terlihat posisi gigi saya dan apakah harus ada tindakan medis untuk memperbaikinya.

Di foto rontgen panoramic gigi ini, akan terlihat potensi gigi berlubang sehingga dokter gigi bisa cepat mencegahnya dan merekomendasikan pada pasien tentang cara untuk menjaga giginya dari gangguan karies dan sebagainya.

Begitu saya duduk di kursi pasien, saya disuruh membuka mulut dan dokter menggunakan alat-alatnya untuk menggerus lapisan plak dan tartar di permukaan gigi saya tanpa kecuali. Saya tetap bisa tenang karena kebetulan saya tidak begitu takut dengan kisah mengerikan dokter gigi.

Bagi saya, dokter adalah penyelamat meskipun mereka membuat saya sakit sebentar. Asal sakit yang sebentar ini bisa menghilangkan sakit yang lebih lama dan parah, kenapa tidak?

"Mungkin rasanya bakal agak ngilu ya, tapi tidak bakal lama kok," ucap dokter gigi saya. Dan ia memang benar.

Scaling ini dilakukan dengan alat berbahan aluminium yang tajam untuk merontokkan plak dan tartar dari permukaan gigi.  Tak heran rasanya jadi gigi agak 'semriwing'. Sensasi kesatnya juga terasa.

Kemudian setelah disuruh berkumur, saya kembali berbaring untuk menjalani prosedur kedua: polishing. Di sini digunakan sikat gigi khusus yang berputar cepat untuk menghilangkan noda-noda di permukaan gigi saya.

Mereka yang suka minum kopi, teh, dan sebagainya, mungkin harus menjalani prosedur ini agak lama karena noda yang membandel. Namun, karena saya bukan penggemar minuman-minuman tadi, saya cuma harus menjalani scaling dalam waktu 15-20 menit.

Dokter gigi saya juga memuji karena gigi saya cukup bagus, tidak ada lubang. "Tinggal dirawat dengan baik. Enam bulan sekali harus dibersihkan begini," ujarnya.

Karena dokter gigi saya ini cukup kenal saya yang menyukai pola makan sehat, ia mengatakan ada kaitannya juga antara kesehatan gigi dan makanan berserat. Makanan tinggi serat seperti sayur dan buah juga ternyata bisa turut membersihkan permukaan gigi kita.

Serat-serat makanan di dalamnya bertindak mirip bulu-bulu sikat gigi. Karena itulah mungkin, kita menggunakan buah sebagai "pencuci mulut" (meski kurang tepat juga mengonsumsi buah setelah makan berat karena malah menjadi susah dicerna).

Saya sendiri juga merasakan demikian setelah makan buah-buahan tertentu. Coba saja makan buah berserat tinggi seperti apel, Anda akan bisa rasakan gigi terasa lebih bersih dan kesat.

Lain rasanya jika dibandingkan makan makanan yang tinggi karbohidrat seperti nasi goreng dan tinggi gula seperti produk manisan cokelat (yang ditambahi gula pasir, buka cokelat murni), yang jika menumpuk akan memicu kondisi asam sehingga gigi lebih rawan berlubang.

Dan manfaat yang tak pernah terpikirkan dari pembersihan gigi yang lebih sempurna ini ialah penurunan risiko serangan jantung.

Ah masa?

Mungkin Anda tak percaya.

Mengutip dari hasil penelitian yang dilakukan sejumlah ilmuwan di Taiwan dan dipublikasikan di American Heart Association's Scientific Sessions pada tahun 2011 lalu, diketahui memang ada kaitan antara prosedur "tooth scaling" dan frekuensi serangan jantung dan stroke. Studi ini patut dipercaya karena melibatkan 100 ribu subjek penelitian dan berlangsung selama 7 tahun.

Lebih lanjut, dikatakan penurunan risiko serangan jantung yang dicapai bisa sampai 24%. Sementara itu, untuk penurunan risiko stroke bisa menurun hingga 13%. Semua angka ini dihasilkan dengan membandingkan mereka yang menjalani "tooth scaling" secara teratur dan mereka yang tak pernah sama sekali menjalaninya.

Frekuensi "tooth scaling" yang dianggap standar ialah dua kali atau lebih dalam periode waktu dua tahun. Dengan kata lain, standarnya ialah sekali setahun.

Mereka yang menjalani pembersihan gigi secara intensif ini lebih terlindung dari risiko serangan jantung dan stroke karena ternyata dapat mengurangi peradangan (inflamasi) yang memicu pertumbuhan bakteri yang bisa berujung pada dua gangguan kesehatan fatal tersebut.

Tak heran, kita bisa memprediksi risiko serangan jantung dan stroke pada seseorang dengan menilai kesehatan gigi dan gusinya. 

ah, untuk melakukan prosedur "tooth scaling" ini, harus diakui seorang pasien memang harus menyiapkan dana yang tak bisa dikatakan sedikit. Besaran 'investasi' tersebut bisa mencapai ratusan ribu rupiah.

Saya sendiri harus merogoh kocek sampai Rp800.000 untuk melakukannya di klinik gigi di satu sudut ibukota. Itupun sudah dengan biaya konsultasi yang digratiskan teman saya (tanpa saya minta).

Namun, sekali lagi jika Anda memang sudah merasakan ada masalah kebersihan dan kesehatan gigi dan gusi, tak ada salahnya menjalani "tooth scaling" ini untuk mencegah masalah kesehatan yang lebih berat seperti sakit jantung dan stroke. Toh cuma setahun sekali, bukan? (*/akhlis.net)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun