Rabu, 2 Januari 2013
Pageviews: 104 (alarm!)
Retweet: 12 (OK)
Facebook Likes: 26 (lumayan)
Shares: 0 (bencana)
Alexa Rank: 278.953 (payah!)
Sialan! Boris mengatakan diari ini sebagai omong kosong yang feminim!Â
FEMINIM [sic]! Aku tidak paham bagaimana ia bisa menjadi wartawan kalau menulis "feminin" saja keliru seperti ini.
Aku pikir pria boleh saja mengharu biru asal tidak di depan publik. Supaya sehat dan masih waras. Masyarakat patriarkis kita belum bisa menerima ada pria yang mendayu-dayu, kecuali para penyanyi dangdut pria. Siapa itu? Chacha Handika? Atau penyanyi 90-an saat aku masih SD, Obbie Messakh.
Dia belum tahu manfaat menulis diari bagi pria. Ya, pria-pria yang terlihat tangguh perlu diari untuk membuang emosi dan perasaan negatif secara sehat. Sebagai wartawan online, aku sudah terlalu sering menyaksikan orang dengan keinginan menjadikan media sosial mereka sebagai sampah. Di sinilah, aku akan melarung semua 'sampah' ini dengan lebih aman dan membuat dinding Facebook serta linimasa Twitter dan blogku resik dari semua curahan hati yang berlebihan dan bisa membuatku terbelit masalah.
Aku bisa mengejek Anna sepuasku, menertawakan rambut keritingnya yang aneh dan poninya yang buruk itu tanpa harus didepak dari tim, atau disindir di rapat, atau menuliskan lelucon garing Boris yang lebih kerap membuatku berang daripada terhibur di waktu istirahat makan siang. Ugh! Masa sekarang sudah bukan saatnya menggunakan media sosial sebagai alat menyalurkan emosi dan amarah, jika tidak ingin dipecat terlalu dini.