Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Apakah Kasus Over Dosis, Joki Vaksin, Bisa Berdampak Mematikan?

25 Desember 2021   21:25 Diperbarui: 26 Desember 2021   12:45 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kini yang justru menjadi kekuatiran besar adalah, para pengguna jasa joksin, yang ternyata adalah pegawai aktif dan memiliki mobilitas tinggi hingga keluar dari propinsi, dengan membawa sertifikat vaksin palsu.

Dalam kondisi belum divaksin, jika terjangkit pandemi, akan sangat berbahaya bagi orang yang melakukan kontak dengannya. Tindakan tersebut juga berbahaya bagi keluarga dan lingkungan sekitar para pemakai jasa joksin.

Lantas bagaimana  informasi keberadaan joksin bisa ditemukan oleh ke-17 orang tersebut?. Menurut pengakuan joksin, para penggunanya, menemukan informasi mouth by mouth, informasi menyebar dari mulut ke mulut. Jadi tidak menggunakan media khusus. Awalnya, Abdul Rahim menerima tawaran dari beberapa kenalannya untuk digantikan di vaksin.

Sejak saat itu, pelaku juga kemudian menawarkan diri untuk menggantikan vaksin bagi yang membutuhkan. Rata-rata ke 14 orang tersebut adalah kenalan Abdul Rahim yang berada di lingkungan rumahnya.

Pengawasan Lemah?

Melihat pola yang digunakan Abdul Rahim, memang ditujukan mengelabui petugas, pengawasan menjadi sebuah titik lemah yang selama ini, ternyata tidak begitu ketat. Apalagi ketika kita tengah mendorong program vaksinasi yang masif.

Semakin banyak masyarakat yang datang dan bersedia divaksin tentu menjadi keuntungan besar bagi keberhasilan program ini. Namun justru dalam sikon inilah blunder itu dimanfaatkan pelaku joksin.

Pengalaman penulis ketika melakukan vaksin di pusat Vaksinasi propinsi, juga berada dalam situasi ramai, karena dilakukan secara massal. Pendaftaran melalui online, kemudian peserta vaksin di arahkan pada sesi dan jam tertentu untuk memecah konsentrasi antrian.

Jadi meskipun kita mendaftar menggunakan gadget teman, tetap saja KTP dan identitas lain membantu mendeteksi kita sebagai peserta vaksin. Namun jika sedari awal modus penipuan dilakukan oleh si pelaku, mungkin pengawasan ketatpun bisa ditembus.

Bagaimanapun kasus ini harus menjadi perhatian intens oleh pemerintah. Agar dosis vaksin yang jumlah terbatas di satu tempat tidak tersia-sia oleh kasus seperti ini. Konon lagi jika kelak ditemukan, bahwa ternyata joksin ini adalah sebuah fenomena biasa, seperti orang mengikuti UMPTN dengan jasa joki dan bisa lulus karena lucky.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun