Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Shopholic; Belanja Gila di Tanggal Cantik

12 Desember 2021   17:16 Diperbarui: 20 Desember 2021   18:00 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kesekolah.com

Iklannya sudah viral di televisi sejak awal bulan lalu. Apalagi ini tanggal cantik 12.12.2021. Trend Hari belanja online nasional sekarang selalu dipasang tepat di tanggal-tanggal istimewa. 

Apalagi bertepatan di akhir tahun yang penuh dengan hari libur. Sayangnya tahun ini ASN dilarang mudik, bisa jadi alokasi uang liburan bisa beralih ke online shop, atau habis untuk jalan-jalan. Beruntung jika kantongnya lagi banjir bonus akhir tahun, dapat lunsuman uang tunjangan.

tribunews.com
tribunews.com

Tapi yang kantongya pas-pasan harus berhati-hati, karena godaan harbolnas dengan diskon gila-gilaan sampai 80-90 persen, bisa bikin gelap mata. 

Bagi para keluarga kecil yang baru menempati rumah baru, dengan macam-macam impian memperindah rumah, godaannya makin luar biasa. 

Tapi tidak salah memanfaatkan momen diskon besar-besaran di akhir tahun tanggal cantik ini untuk kebutuhan itu, sekalian mengisi liburan karena tak bisa mudik.

Apalagi yang berbisnis, pasti menunggu momen ini sebagai cara bersih-bersih gudang dan belanja barang paling gress untuk bahan dagangan, isian toko tahun berikutnya.

tribunews.com
tribunews.com

Saya yang penggila buku favorit seringkali justru teledor dan lupa daratan gara-gara diskon model harbolnas ini. Selain promonya lagi gencar, kesempatan mengumpulkan buku koleksi yang sudah tertahan di "keranjang belanja" sejak berbulan-bulan karena menunggu diskonan akhirnya terpenuhi. 

Maka dengan tutup mata , meraup buku sebanyak-banyaknya dengan imingan diskon dan meskipun niatnya mengumpulkan buku kesampaian dengan dukungan promo dan pameran buku murah akhir tahun, akhirnya berujung kena omelan istri. 

Karena membeli diam-diam, dan memborong pula. Akhirnya jatah belanja buku beberapa bulan dipangkas. 

Andalan satu-satunya dari hasil nulis di media baru boleh untuk belanja rutin buku bulanan. Uang hasil tulisan di media "didaur ulang" jadi buku lagi.

tribunews.com
tribunews.com

Saya memang membiasakan menyisihkan uang dari gaji untuk buku, terutama angka pecah di belakang nominal utama. Misalnya Rp1.200.000,- nominal dibelakang boleh untuk belanja buku. 

Dengan cara ini kita bisa memilih buku paling prioritas, tapi karena buku yang terbit setiap  bulan banyak dan bagus-bagus, jadi banyak yang tidak terbeli. 

Begitupun ketika harbolnas, masih saja terkena penyakit gila belanja, akibat "sindrom tanggal cantik". Sekarang saya sudah sembuh, tapi untuk menerima sumbangan buku, masih bolehlah terbuka lebar. Terutama ya untuk lembaga yang sedang saya rintis, "booklife Indonesia".

griD.id
griD.id

Pustaka rumah sudah semakin overload, buku-buku lama sebagian dirak pustaka rumah dan sebagian diapkir di dalam kotak-kotak, dan sebagian lagi adalah buku-buku untuk donasi sebagai rencan tindak lanjut membangun lembaga-komunitas donasi buku. 

Maka bercampurlah antara buku donasi dan buku koleksi pribadi. Meskipun ini juga jadi usaha paling minimal untuk menggaet donor pendukung lembaga-komunitas itu.

Kejadian harbolnas dan lainnya itu  menjadi pengalaman berharga, karena meskipun sudah diantispasi tetap saja terjadi kebocoran dompet, karena  terlalu banyak godaan yang membuat kita lupa diri.

Jika kasusny adalah buku, mungkin agak sulit mengerem belanjanya, karena buku-buku koleksi itu selalu memiliki judul dan isi yang semuanya seperti makanan lezat, susah dilewatkan.

Jadi antara kebutuhan dan keinginan sudah tak bisa dibedakan, karena daripada buku itu hilang dan tidak dicetak lagi. Pas ada diskon bisa jadi sudah jadi barang langka atau hilang sama sekali. Tapi sekarang saya realistis, minimal usaha dari penulisan di media lebih gencar.

Tapi bagaimana ya jika itu barang konsumtif,  pasti lebih susah untuk menentukan mana yang sebenarnya kebutuhan dan keinginan. Rumah maunya diisi barang baru, unik, meskipun barang remeh temeh mulai dari barang interior rumah sampai makanan selingan. Padahal kalau ditotal bisa jut-jut juga akhirnya.

Apalagi barang kosumtif model begitu  harganya sulit dideteksi. Berapa harga dasar sebenarnya, sebelum dipotong diskon dan berapa diskon sebenarnya yang kita nikmati. 

Jangan-jangan akrena harganya mark-up sebelum diskon, diskon 90 persen, sebenarnya cuma 40 persen, dan itu artinya diskon regular meski bukan di tanggal cantik.

Dan setelah dipikir-pikir, cara paling logis adalah, jika tanggal cantiknya masih ada di bulan depan,  itu artinya peluang untuk belanja masih ada, jadi jangan gelap mata. Kecuali yang mau stok dagangan, dan khusus tanggal special 21.12.2021, itu hari spesial saya, jadi kalau ada yang mau menyisihkan uang belanja, dan mau menyumbang, bolehlah tidak perlu dilarang.

Sahabat kompasianer, tetap waspada, terutama buat yang sering kena "sindrom tanggal cantik" dan nggak kuat menahan godaannya. Seperti judul film lawas; Kompasianer, Masih Ada Tanggal Cantik Yang Akan Lewat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun