Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Refleksi Riset Arkeologi: Membangun Narasi Kebudayaan, Menjawab Isu Kebangsaan

9 Desember 2021   06:14 Diperbarui: 10 Desember 2021   05:31 1011
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Peneliti Balai Arkeologi Sulawesi Utara tengah melakukan ekskavasi reruntuhan Benteng Kota Mas di Kwandang Gorontalo Utara.(KOMPAS.COM/ROSYID A AZHAR)

Meski demikian, seandainya diberi banyak waktu, ingin sekali rasanya saya banyak menuangkan pertanyaan ke semua hasil penelitian mereka. Soal hasil riset arkeologi di IKN saya sudah berkomentar lewat K beberapa waktu lalu. 

Seminar Nasional Arkeologi. Sumber : Puslit Arkenas
Seminar Nasional Arkeologi. Sumber : Puslit Arkenas

Sementara untuk penelitian yang lainnya, mungkin juga kesempatannya hanya melalui ulasan di K ini. 

Namun kata kunci yang saya sampaikan di seminar hasil riset itu, sudah gamblang saya sampaikan. 

Riset arkeologi di masa kekinian adalah hasil riset yang mampu membangun narasi kebudayaan untuk menjawab isu-isu kebangsaan

Sudah bukan zamannya lagi, peneliti arkeologi Indonesia melakukan penelitian arkeologi dengan menghabiskan anggaran ratusan juta per penelitian, namun hanya menghasilkan kronologi-kronologi belaka yang muaranya hanya menghasilkan sekuen waktu kapan dan dimana. 

Penelitian arkeologi yang multidisiplin semestinya juga dapat menjawab persoalan-persoalan kebangsaan dan pembangunan berkelanjutan. 

Penelitian arkeologi sebagaimana dikatakan Fadjar Ibnu Thufail, peneliti sekaligus Plt. Kepala Pusat Penelitian kewilayahan BRIN, hendaknya bukan semata penelitian yang deskriptif. 

Namun penelitian multidisiplin dengan kerangka pemikiran, metodologi dan analitik yang baru. 

Nah, saya merasa apa yang saya pikirkan atau saya pertanyakan, terjawab oleh Fajar, karena selain beliau memang salah satu peneliti berpengalaman juga tulisan-tulisannya yang mencerahkan. 

Jadi nilai kebaruan atau novelty menurut Fadjar, dilihat dari kebaruan konsep, kerangka teoritis dan pendekatannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun