Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pelangi di Senja Minahasa

26 Juni 2021   03:27 Diperbarui: 27 Juni 2021   23:06 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, Pelangi di Senja Minahasa. Sumber: cantik.tempo.co

Sebuah rasa cinta memang harus ada keikhlasan di dalamnya

Berkecamuk hati Bramantyo dalam sebuah perpisahan yang tiba-tiba, di suatu senja di kota yang selama ini begitu menjadi tumpuan kebahagiannya.Saat usianya yang tak lagi muda. Paruh baya, di musim puber kedua. 

Bram, begitu sapaannya, adalah lelaki paruh baya, yang mewakili sebuah rasa yang lama telah hilang. Dan tiba-tiba kini muncul kembali, lalu tiba-tiba terancam hilang pula. 

Bramantyo, mencoba mengolah rasa yang lama hilang itu, agar bertahan lama dalam dirinya. Namun, tidak pada gadis pujaannya. 

Rasa cintanya pada Sisca, yang seumuran dengan anaknya itu, sepertinya akan segera dipendam dalam-dalam dan hilang, hanya menjadi butiran debu yang diterbangkan angin. 

Bram menyadari itu, lalu ia akan menemui nestapa, dan diapun sepertinya sudah bersiap. 

Senja itu memang semakin temaram, dan ia sudah mulai beranjak menghiasnya dengan pelangi yang baru.

Atau sebaliknya selarik mendung mulai berkumpul, dan menggumpal, hingga saatnya hujan luruh ke bumi di tengah malam. 

Bram sepertinya memang menyadari sedari awal perjumpaan dengan gadis yang ditemuinya di batas kota di bawah pelangi senja Minahasa. 

Ya, di Minahasa, kota yang penuh warna bunga. Kota yang dingin di sebuah kaki gunung Lokon,  Tomohon, yang dipenuhi rindang pohon. 

Bram sepertinya berpikir, bahwa pertemuan itupun bukan atas kehendak dirinya, namun kehendak Tuhan. Dan jika ia kini harus berpisah, itupun karena sudah digariskan seperti itu adanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun