Jika diterjamahkan secara bebas ansambel musik adalah harmoni berbagai alat musik yang dimainkan secara bersama-sama. Tampaknya, demikianlah kajian Ferdinandus dalam desertasinya untuk memahami, bagaimana harmoni alat musik dimainkan oleh masyarakat Jawa Kuno pada pentas musik dunia, sebagaimana yang diterakan pada relief-relief Borobudur.Â
Desertasi Ferdinandus tentang alat-alat musik Jawa kuno itu, bukan hanya berperan dalam memberi sumbangan bagi pengembangan musikoarkeologi, musikologi, sejarah kesenian, etnomusikologi, namun jauh lebih besar dari itu adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat dan bangsa ini tentang Borobudur sebagai sebuah panggung musik dunia nan abadi dan Borobudur pusat musik dunia.Â
Dalam desertasinya itu, Ferdinandus menarik hipotesis penting bahwa, bentuk alat musik pada masa Jawa Kuno, merupakan alat-alat musik ritmis, dari golongan ghana vadya (ideofon), avanddha vadya (membranofon). Juga alat-alat musik bersidat melodis, juga dari golongan yang sama ideofon, kardofon dan aerofon.Â
1) Idiophone (dipukul atau diketok). Alat pemukulnya bisa dari kayu atau besi. Contoh: gong, kulintang, arumba, gambang, saron, gender dan lain-lain.
2) Membraphone (dari kulit). Ciri-ciri khas dari jenis membraphone adalah terbuat dari kulit (selaput) yang direka pada rangka berbentuk lingkaran. Bunyi instrumen ini dihasilkan oleh getaran kulit yang dipukul. Contoh: gendang, tambur, dogdog dan lain-lain.
3) Chordophone (dari senar atau tali). Ciri khusus jenis ini terdiri dari senar atau tali yang menghasilkan getaran. Cara yang digunakan digesek atau ditekan. Contoh alat yang digesek misalnya biola, rebab dan tatawangsa.
4) Aerophone (bunyi karena udara). Ciri khas jenis instrumen tersebut adalah bunyi yang disebabkan oleh adanya sentuhan udara. Udara yang menyebabkan getaran tersebut diatur oleh lubang-lubang yang ada pada instrumen itu (Kemendikbud).Â
Dalam catatan Ferdinandus, setidaknya ada 3 (tiga) sifat bentuk ansabel sepanjang masa Jawa Kuno, yaitu ansabel alat-alat musik ritmis, alat-alat musik melodis dan gabungan alat musik ritmis dan metodis.Â
Kembali menyinggung Sound of Borobudur, bangsa ini telah dianugerahi borobudur sebagai ikon wonderful Indonesia, sebuah mahakarya arsitektur yang tak ada duanya, namun juga sebagai pusat musik dunia. Oleh karena itu sound of Borobudur, seperti halnya menggelar kembali panggung musik dunia yang pernah hidup ribuan tahun yang lalu, tatkala Borodubur dibangun di abad 7 Masehi.Â
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo bahkan mengatakan sound of Borobudur seperti sebuah penemuan baru kembali atau reinventing yang dahsyat.Â
 "Mimpi mereka adalah bagaimana itu bunyi, tidak hanya sekadar dibuat replikanya, tapi bunyi dan itulah kerja-kerja seni yang sangat luar biasa. Risetnya tidak selesai membunyikan dicari sebenarnya dengan hipotesis 'apakah Borobudur itu memang pusat seni, pusat musik dunia' atau sebaliknya kita tempat bertemunya peralatan musik, instrumen seluruh dunia yang mana," kata Ganjar Pranowo (hot.detik).Â
Usaha menghidupkan kembali Borobudur sebagai pentas musik dunia melalui sound of borobudur, tentu saja bagian dari proses apresiasi, pelestarian sekaligus pengembangan nilai-nilai dan makna harmoni musik yang diterakan pada relief Borobudur.Â
Selain itu juga proses melestarikan mahakarya adiluhur dan adiluhung itu, karya cipta seni musik leluhur, sebagai ungkapan ekspresi, bersifat universal, sekaligus unik pada kekhasannya tertentu.Â