Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jejak Peradaban di Morowali, Kekayaan Masa Lalu yang Tak Pernah Mati

22 November 2020   18:08 Diperbarui: 22 November 2020   19:01 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim arkeolog Balar Sulut mengamati kondisi permukaan gua yang ditemukan gambar cadas. Sumber: Balar Sulut/Nasrullah Azis

Ilustrasi pesisir wilayah masa Kerajaan Bungku. Sumber: tangkapan layar Youtube Khaerul JR
Ilustrasi pesisir wilayah masa Kerajaan Bungku. Sumber: tangkapan layar Youtube Khaerul JR
Sejarah pertambangan nikel di Morowali dimulai sejak lama. Pada tahun 1600-an, perdagangan biji besi bercampur nikel sudah dilakukan. Ini mengalahkan reputasi besi dari China maupun pembuatan keris oleh pengrajin di pulau Jawa (Mongabay). 

Pemanfaatan galian bahan-bahan mineral diperkirakan telah dipraktikan oleh kerajaan Mori, sebuah kerajaan besar di Morowali. Telah ada aktivitas perdagangan tembaga pada kerajaan pedagang Belanda dan Inggris di Pelabuhan Kolonedale tahun 1600-an. 

Ketika itu, perang pecah dengan kerajaan Luwu. Kerajaan Mori berhasil ditaklukan. Banyak orang Mori dimanfaatkan keterampilannya untuk membuat tembaga dan diperdagangkan dengan kerajaan Majapahit di tanah Jawa. (Mongabay)

“Bahan tambang diusahakan dalam galian skala kecil memanfaatkan sifat mineral yang laterit atau berada dipermukaan untuk usaha penempahan besi dan perdagangan logam senjata. Terutama, bagi kebutuhan peralatan perang misalnya, mata tombak, pedang, dan yang terbuat dari tembaga. Usaha itu dilakukan melalui keterampilan melebur besi,” ungkap Andika, seorang aktivis lingkungan kepada Mongabay (Mongabay, dikutip 22 Nov 2020). 

Ilustrasi Tambang Nikel Morowali. Sumber: https://asiatoday.id/
Ilustrasi Tambang Nikel Morowali. Sumber: https://asiatoday.id/
Demikian, jika mengutip tentang sejarah tambang nikel, yang sebenarnya sudah berlangsung sejak abad 17 M. Namun, ulasan saya ini bukan soal tambang, namun soal potensi lain yang selama ini kurang mendapat perhatian, yaitu tentang potensi sumberdaya budaya di wilayah itu, yang memang terkesan terpinggirkan ataupun karena memang tidak banyak sosialisasinya. 

Pesisir timur tenggara Morowali, adalah salah satu wilayah pesisir di bagian timur Sulawesi Tengah, yang ternyata banyak menyimpan informasi tentang jejak-jejak peradaban prasejarah

Dari hasil peneltiian arkeologi, yang dilakukan oleh arkeolog Balai Arkeologi Sulawesi Utara, Nasrullah Azis, beberapa tahun belakangan ini, setidaknya berhasil menyingkap tabir purba yang ada di pesisir Morowali. 

Jejak misteri purba, diperolehnya dari jejak hunian Gua Mbokita dan Gua Berlian yang ditelitinya sejak tahun 2018. Di gua itu diperoleh data temuan gambar cadas, melengkapi serangkaian gambar cadas di wilayah Teluk Tomori yang sudah pernah dilaporkan sebelumnya oleh Chazine (2014), seorang arkeolog Perancis. 

Sebenarnya, menyangkut gambar cadas, jauh sebelum Chazine, Rustam Semma (1984), seorang arkeolog putra Morowali sudah pernah mencatatnya dalam skripsi sarjana arkeologinya, namun sayang laporan itu tidak pernah dipublikasikan, sehingga tidak tercatat sebagai referensi yang dapat diandalkan. 

Gua Mbokita dan Gua berlian, yang diteliti oleh Nasrullah Azis, mencatat temuan gambar cadas yang memiliki persamaan dengan gambar cadas di wilayah Sulawesi Selatan, yang berumur Pelstosen atas, sebagaimana dilaporkan oleh arkeolog Australia Mark Aubert dan kawan-kawan pada tahun 2014. 

Tim arkeolog Balar Sulut mengamati kondisi gua Mbokita, Menui Kepulauan. Morowali. Sumber: Balar Sulut/Nasrullah Azis
Tim arkeolog Balar Sulut mengamati kondisi gua Mbokita, Menui Kepulauan. Morowali. Sumber: Balar Sulut/Nasrullah Azis
Selain itu, di Gua Mbokita dan Gua Berlian, ditemukan singkapan lapisan budaya yang cukup tebal, berdasarkan temuan sedimentasi artefak pada lapisan tebal dalam tanah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun