Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ritual Qurban di Maluku Tengah: Simbolisasi Rasa Syukur hingga Relasi Adat

20 Agustus 2020   09:28 Diperbarui: 20 Agustus 2020   21:29 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rangkaian Ritual Hari Raya Kurban di Negeri Kaitetu. Sumber: Dokpri, 2016

Sesekali rombongan berhenti, dan berdiri saling berhadapan antara rombongan pengiring kurban dengan rombongan pelantun shalawat. Pada saat berhenti sejenak itu, nyanyian shalawat tetap diperdengarkan, sambil terus memainkan hadrat dan musik rebana. Rombongan hadrat dan pengarak hewan kurban, bergerak pelan menuju Masjid Hena Lua yang siap menyambut.

Masjid Kuno Wapauwe (kiri) dan Masjid Tua Hena Lua (kanan) di Negeri Kaitetu. Sumber: DOkpri, 2016
Masjid Kuno Wapauwe (kiri) dan Masjid Tua Hena Lua (kanan) di Negeri Kaitetu. Sumber: DOkpri, 2016
Tibalah arak-arakan kurban di Masjid Henalua, masjid representasi Soa Lumaela dan Hatuwe. Kurban kemudian diarak keliling masjid sebanyak 7 (tujuh) kali, laksana melakukan thawaf di Mekkah, yakni prosesi haji mengelilingi ka'bah, yang aturannya dilakukan tujuh kali mengelilingi Ka'bah. Selama berkeliling masjid, warga tua muda, laki-laki maupun perempuan mengiringinya dengan shalawat.

 Hewan Kurban tetap dipikul di pundak salah seorang penghulu masjid. Setelah tujuh kali mengelilingi masjid, tibalah kurban di tempat penyembelihan. Setelah itu hewan kurban yang mewakili ritual dipotong, berikutnya kurban yang lain menyusul.

Selesai sudah prosesi di Masjid Henalua. Prosesi seluruhnya belum usai, hewan kurban yang satunya lagi dibawa ke rumah Soa Nukuhaly, prosesi yang sama seperti proses dari Rumah Raja Lumaela ke Masjid Jami Henalua. 

Kali ini kambing diarak dari Rumah Soa Nukuhaly ke masjid tua Wapauwe. Barisan hadrat dan musik rebana kembali bersiap, berbaris di depan rumah soa Nukuhaly. Shalawat nabi berkumandang diiringi musik rebana. Barisan hadrat dan barisan pembawa hewan kurban berjalan pelan. Raja Lumaela, tetap mengiringi barisan pembawa hewan kurban.

Di halaman masjid, warga bersiap menyambut, dari arah pintu pagar masjid, sampai di halaman masjid, warga berbaris rapi membentuk koridor. Dari arah jalan dari rumah Soa Nukuhaly sampai di halaman masjid, tampak warga berkerumun, yang tidak terlibat dalam prosesi ritual, berdiri dan menonton dari halaman dan pagar rumahnya masing-masing. Jalan lurus di negeri Kaitetu, dari arah rumah Soa Nukuhaly hingga ke masjid Wapauwe, tampak dipenuhi warga dan barisan pengiring hewan kurban.

Ritual mengelilingi Masjid Kuno Wapauwe sebanyak 7 kali sambil menggending kambing kurban. Sumber:Dokpri, 2016
Ritual mengelilingi Masjid Kuno Wapauwe sebanyak 7 kali sambil menggending kambing kurban. Sumber:Dokpri, 2016
Meskipun riuh rendah, tapi barisan tetap rapi dan tertib. Jalan lurus itu seakan menjadi pola yang mewadahi barisan warga mengantar arak-arakan kurban. Dari rumah Soa Nukuhaly ke masjid tua Wapauwe, lebih jauh dibanding rumah raja Lumaela dengan masjid Henalua, yang sangat dekat, hanya dibatasi badan jalan. 

Oleh karena perjalanan dari rumah Soa Nukuhaly ke masjid Wapauwe lebih panjang, otomatis dendang shalawat nabi dan iringan musik hadrat serta rebana lebih panjang pula. Tibalah rombongan hadrat dan pengiring kurban di masjid Wapauwe.

Sama dengan prosesi di masjid Henalua, kurban dibawa keliling masjid tua Wapauwe tujuh kali, juga seperti halnya melakukan thawaf, yakni berjalan mengelilingi Ka'bah yang aturannya, dilakukan tujuh kali. 

Setelah selesai, kali ini kurban dibawa masuk ke dalam masjid, prosesi ziarah dilakukan lagi, kali ini Tukang 12 (Tukang Husa Lua) mengambil peran, satu persatu mulai dari Tukang Ela (kepala tukang), mengusap-usap hewan kurban dan memanjatkan permohonan, hingga terakhir Tukang 12 (Tukang Husa Lua), yakni Tukang Muli (tukang doa) menutup dengan doa syukur dan doa selamat.

 Selesai, prosesi di dalam masjid, kurban dibawa keluar, dibawa ke tempat pemotongan yang terletak di bagian sudut luar masjid. Setelah kurban yang mewakili proses sakral dipotong, selanjutnya diikuti oleh hewan kurban lainnya. Setelah selesai semua dipotong, Tukang Muli menutupnya dengan doa syukur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun