Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Balada Lelaki yang Memendam Rindu

8 Agustus 2020   16:22 Diperbarui: 8 Agustus 2020   16:40 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kumencintaimu sejak kita saling dikenalkan
oleh guru bahasa dan agama
di masa kanak-kanak dulu..
saat pertamakali merasakan sesuatu itu berbeda
Kutanya dalam hati setiap kali
sebelum berangkat sekolah di bangku pertama
Dan hatiku ternyata melukis wajahmu
di setiap perjalanan duaribu meter jaraknya
Dari rumah berjalan kaki menyusuri sawah
dan tegalan yang oleh embun tanahnya dibasahkan
setiap pagi...
saat matahari pagi mengintip di balik punggung  merapi
di kejauhan

Lalu merapi itu kutinggalkan semakin jauh
Dan kita juga dipisahkan oleh perjalanan
bahkan saat belum cukup waktu perkenalan dulu
Karena kuharus susuri kehidupan yang tak jelas  kemana
waktu itu...
Bahkan kuseberangi lautan demi sebuah harapan
masa depan...
mungkin saat bertemu denganmu
suatu saat nanti, entahlah...
Ku masih juga melukis wajahmu di atas lautan
Saat perjalanan, ribuan kilometer jauhnya
Di lautan...kala itu
Perjalanan yang tak kutahu untuk apa
Hanya sekedar lari dari kepahitan...
ataukah menyusuri perjalanan untuk harapan
Tapi wajahmu selalu ada, bahkan kulihat di cakrawala

Kini, waktu mempertemukan lagi kita berdua
di bawah langit dan bumi yang sama saat dulu
kita bertemu tatap kanak-kanak yang ragu
Matamu bening tak ubahnya seperti dulu kala
Dan perkenalan kita lanjutkan lagi, bisa?
Sebab aku lelaki yang memendam rindu
yang menyimpannya dalam setiap waktu
perjalanan dari sejak awal perpisahan kita dulu
hingga kini saat pertemuan kembali tak terduga
saat kita sudah berumur paruh baya
Pertemuan yang kemudian saling mempertanyakan
apakah ini takdir kita untuk bersama?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun