Memang, secara kasat mata saya sendiri bisa menjumpai kesahajaan masyarakat Talaud sehari-hari. Pada suatu kesempatan, saya berkeliling, meskipun hanya sebentar.Â
Saya melihat, ada masyarakat yang masih menanam padi ladang, meski lahan yang terbatas, jagung dan umbi-umbian ciri khas pertanian lokal yang sudah turun temurun. Ohya, khusus padi ladang misalnyaa, tradisi bercocok tanam ini, sudah dikenal sejak masa bercocok tanam awal, yang diperkenalkan oleh para penutur Austronesia, ribuan tahun lalu.
Iya, memang Kepulauan Talaud tak bisa dilepaskan dengan jalur migrasi para penutur Austronesia. Teori Out of Taiwan, yang diyakini terutama oleh para arkeolog, juga ahli lingustik dan juga antropolog.
Bahwa nenek moyang Austronesia, yang kini menempati sebagian besar wilayah Nusantara, keluar dari daratan Taiwan, ribuan tahun yang lalu. Di Indonesia, Kepulauan Talaud adalah salah satu pintu masuknya. Kemudian menyebar ke wilayah bagian barat Nusantara, juga Sulawasi lainnya bahkan hingga ke wilayah Papua.
Yang menarik, terdapat catatan ahli linguistik dan antropolog bahwa nenek moyang Orang Talauad, adalah penutur Bahasa Filipina, sebelum kemudian juga melakukan kontak dengan Halmahera Utara.Â
Menurut Daud Aris Tanudirjo, seorang arkeolog UGM, kedatangan para penutur Austronesia dari daratan Taiwan, lalu ke Filipina dan singgah di Kepulauan Talaud, sebelum kemudian melanjutkan ke wilayah Kalimantan, Jawa, Sumatra. Bukti adanya jejak masuknya para migran Austronesia itu setidaknya ada sejak sekitar 3600 tahun yang lalu, yang buktinya ditemukan di situs gua hunian, yang disebut Leang Tuwo Mane'e.
Tak bisa dipungkiri, melihat posisi geografis Kepulalauan Talaud, maka hampri dapat dipastikan, bahwa, para penutur Austronesia, keluar dari daratan Taiwan, menuju Filipina, lalu ke Kepulauan Talaud, ribuan tahun yang lalu.Â
Bukti-bukti arkaik, di wilayah Pulau Karakelang, dan Salibabu, menurut catatan Balai Arkeologi Sulawesi Utara, yang saat ini saya pimpin, menunjukkan bahwa Kepulauan Talaud, menjadi tempat bermukim ataupun hanya persinggahan para migran Asutronesia dari Taiwan Itu.Â
"Sebelum meneruskan perjalanan ke wilayah lain dan sebagian menetap membentuk komunitas-komunitas budaya lokal" demikian menurut Ipak Fahriani, peneliti arkeologi di Balai Arkeologi Sulawesi Utara.
Namun, sebelum kedatangan para migran Austronesia, di Kepulauan Talaud, sudah adalah populasi penduduk yang sudah menghuni jauh sebelum para migran Taiwan itu. Kedatangan para migran Austronesia dari Taiwan itu, lalu membentuk percampuran budaya dengan populasi penduduk yang sudah menghuni Kapulauan Talauad lebih dulu.