Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Peneliti, Bekerjalah dengan Hati

29 Juli 2020   10:36 Diperbarui: 30 Juli 2020   15:30 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu lembaga itu berkembang menjadi beberapa Lembaga, baik yang mengurusi bidang penelitian arkeologi maupun yang berhubungan dengan bidang pelestarian cagar budaya. 

Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Balai Arkeologi di 10 provinsi adalah lembaga arkeologi yang menghimpun dan menaungi para peneliti arkeologi. Sungguh, profesi yang sangat mendapat tempat, dan sangat disayangkan jika itu kita sia-siakan.

Lalu, apa maksud dari kalimat peneliti, bekerjalah dengan hati? Begini saudara-saudara...sebagai peneliti, yang selama ini mendapat gaji dan fasilitas pemerintah, tentu kita dan seharusnya terketuk hati kita untuk bekerja menunjukkan karya itu, sebagai bentuk pertanggung jawaban publik. 

Hari-hari ini para peneliti, banyak diberi kemudahan, meskipun berbagai persyaratan peneliti itu juga semakin tinggi tingkat kesulitannya. Itu semua proporsional, sebanding dengan fasilitas yang disediakan oleh pemerintah. 

Fasilitas apa itu? Anggaran penelitian, semakin hari semakin meningkat jumlahnya, walaupun tingkat persaingan atau kompetisi juga semakin ketat. Namun selama tiga tahun belakangan ini, meskipun kompetisi penelitian arkeologi terbuka untuk arkeolog di luar lembaga penelitian pemerintah, namun kemudahan untuk mengakomodasi kebutuhan internal tetap diperhatikan. 

Artinya meskipun para peneliti yang bekerja di Puslit Arkenas dan Balar se Indonesia, itu menghadapi kompetisi dari para arkeolog di universitas dan lembaga lainnya, namun nyatanya untuk mengakomodasi kebutuhan internal dimana lembaga peneliti bekerja tetap menjadi perhatian utama.

Jadi, segala bentuk kemudahan dan fasilitas yang disediakan pemerintah, harus kita sikapi dengan bijak. Ketuklah hati kita untuk selalu berdedikasi, bukan menuntut pada hal yang tidak proporsional. 

Bekerja dengan hati, tunjukkanlah karya kita dengan sepenuh optimal, baru kita menuntut hak. Ketika fasilitas anggaran penelitian kita kelola, sesungguhnya di situ melekat kewajiban kita untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang hasil penelitian kita. Juga kewajiban kita secara personal untuk berdharma bakti, melalui hasil riset, menuangkan karya orisinil kita tentang apa yang kta teliti.

Sebagai peneliti yang wajib mempublikasikan hasil penelitiannya melalui karya tulis ilmiah, saat ini juga dimudahkan dengan banyaknya perangkat atau tools untuk membantu kita mengumpulkan referensi sebanyak kita mau. 

Ada perangkat google scholar, yang dari situ kita bisa menemukan semua referensi yang kita butuhkan. Ada pula aplikasi Mendeley, semacam bank data untuk menghimpun berbagai referensi yang kita kumpulkan dan sekaligus kita gunakan untuk membuat citasi atau pengutipan. Tidak ada alasan karena gaptek, lalu tidak bisa menggunakan perangkat itu, menjadi alasan untuk kita tidak bisa menulis. 

Saya sendiri termasuk golongan arkeolog generasi pertengahan, disebut golongan kolonial ogah, dibilang golongan millennial bukan, tapi setidaknya perangkat standar itu bisa saya kerjakan. Kalaupun tidak, kita bisa dibantu oleh sahabat peneliti lain, atau staf teknis yang bisa membantu tugas harian kita. Pendek kata, tidak ada alasan tidak menguasai tools, lalu kita tidak menulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun