Mohon tunggu...
anisa wulandari
anisa wulandari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

anything

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dikit-dikit Self-Reward, Faedah atau Bencana?

21 Februari 2024   17:52 Diperbarui: 21 Februari 2024   17:57 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi self-reward (sumber: Shutterstock)

Tentu sudah tidak asing lagi mendengar kata "Self-Reward", beberapa dari kita mungkin pernah melihat postingan orang-orang tentang self reward-nya, abis pergi liburan, abis belanja ini itu, abis nonton konser ini itu, abis makan ini itu yaa saya juga sii sering jajan juga hehe. Intinya semua itu adalah untuk self reward, setelah kita bekerja beberapa waktu, ngerasaa capek, dan akhirnya ini menjadi sebuah kebiasaan yang memang dilakukan oleh anak-anak muda, bukan anak-anak muda doang umur 25 tahun ke atas juga melakukan hal yang sama. 

Katanya yaa mau gimana lagi sekarang hidup itu semakin keras, oke tidak ada yang salah memang ada beberapa fakta bahwa kehidupan ini memang keras, seperti harga BBM naik, bos yang katanya toxic, kerjaan yang juga toxic juga, relationship juga toxic, circle yang toxic, bahkan sampai keluarga pun toxic juga, dan jawaban dari itu semua adalah self-reward,iyap memang benar. Namun di satu sisi emang ada benarnya dimana kita bisa survive, contohnya kita beli sepatu baru sebagai hadiah dari hasil kerjaan, dan sebenarnya oke-oke aja atau hanya sekedar beli seblak dan es kul-kul sehabis ngerjain tugas kuliah, dan itu tidak masalah. 

Konsep self-reward sendiri bisa jadi bagus untuk memulihkan fisik atau psikis atas perjuangan kita mencapai sesuatu, namun yang perlu digaris bawahi adalah tidak semua konsep self reward itu baik untuk diri kita. Jika kita terlalu terlalu terlena dalam konsep ini atau bahkan menjadi tidak mau usaha, nah inilah yang akan menjadi BENCANA.

Sejak kapan si self reward ini mulai ada? Ya kalau diperhatikan ini mulai ada dan bisa dibilang kesadaran kesehatan mental yang mulai meningkat, dimana kesehatan mental yang baik itu adalah yaa memang didasari dengan kita yang mencintai diri sendiri. Kita juga semakin sadar bahwa kita ini memang harus menghargai diri sepantasnya dan harus self reward juga. 

Jadi self reward yang baik dan ga baik itu gimana sebenarnya? Sebenarnya yang perlu banget kita pahami dulu adalah bagaimana konsep coping stress itu sendiri sebelum kita tahu self reward yang mana yang baik untuk diri kita, karena sebenarnya self reward yang baik dan yang ga baik itu hanya opini dan bisa diperdebatkan, makanya disini saya berpendapat bahwa harus tahu dulu nih coping stress itu bagaimana dan bahwa sebenarnya self reward itu jika kita gunakan sebagai stress coping bisa jadi "buruk", karena yaa jatuhnya itu adalah hal yang kamu lakukan untuk mengatasi stress yang membuat kamu jadi kabur-kaburan.

Nah disini stress coping itu sendiri dalam teorinya itu ada 2, pertama fokus ke emosi dan yang kedua fokus ke masalahnya. Mana yang lebih bagus? Jika berdasarkan riset kedua-duanya tidak selalu bagus, tapi menurut data yang ada itu lebih bagus adalah fokus ke masalahnya. Untuk membedakannya, fokus ke emosi itu seperti ketika lagi stres kamu menenangkan emosi itu dulu sedangkan fokus ke masalah itu seperti ketika kamu stres kamu selesaikan dulu masalahnya. Kenapa fokus ke masalah lebih bagus karena kebanyakan dampak negatif yang lebih banyak ketimbang dari fokus ke masalah, misalnya ada yang lagi stres karena kerjaan menumpuk ah yaudah healing dulu deh atau nongkrong sama teman dulu, atau beli tas mahal dulu biar moodnya enak, yang intinya disini untuk melupakan stres sejanak, ada juga yang oke tarik nafas dulu sejenak, atau hanya sekedar beli seblak atau ice cream dan lanjut kerja lagi dan itu oke menurut saya ketimbang membuat kita jadi boros jadinya malah jajan mahal berkedok self reward dan itu egois.

Jadi bisa dibilang yang satunya lagi lebih jelek dong? Tidak juga si sebenarnya, cuman lebih bagusnya kalau untuk most of the time nya kita pakai yang fokus ke masalahnya. Kalau self reward nya karena fokus ke emosi standarnya tidak kamu tentukan, kamu capek kamu butuh self reward itu sebenarnya bukan self reward itu kamu melakukan stress coping. 

Nah menurut saya self reward yang benar itu adalah ketika standarnya udah kita tentukan kita udah melakukan sesuatu sebaik mungkin dan sehabis itu kita mau self reward itu kan buat kita menguatkan prilaku yang akhirnya standar kerja kita lebih baik setelah self reward, karena kebanyakannya adalah kita belum ada standar, yang dilakukan belum mencapai standar dikit-dikir self reward yang akhirnya kamu jadi malas maunya self reward aja tanpa eksekusi apapun.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun