Mohon tunggu...
Azeem Amedi
Azeem Amedi Mohon Tunggu... Freelancer - Blog Pribadi

Masih belajar, mohon dimaklumi. | S1 Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran | F1 & Racing Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ironi Diskriminasi Gender di Lingkungan Progresif Pendidikan Tinggi

15 Februari 2020   20:26 Diperbarui: 16 Februari 2020   05:40 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kesetaraan gender (Getty Images via inc.com)

Sebelumnya, saya ingin menyampaikan suatu "disclaimer", bahwa ini hanya merupakan tulisan lepas saja, sangat "opinion-based" dan bisa mengandung bias.

Saya bukan ahli sosiologi, bukan ahli gender, dan bukan ahli apapun. Saya hanya ingin menyalurkan kegeraman saya terhadap apa yang terjadi akhir-akhir ini tentang masalah foto-foto mahasiswi yang diburamkan oleh suatu pihak.

Kejadian pertama ditemukan saat kepengurusan BEM suatu universitas di Jakarta yang memburamkan foto-foto pengurus perempuan mereka.

Tentu bagi orang-orang yang memiliki pemikiran konservatif akan berpikir bahwa hal ini sah-sah saja ketika orang-orang tersebut "memilih untuk diburamkan foto-fotonya", walaupun pernyataan ini patut dipertanyakan kebenarannya.

Ketua BEM tersebut kemudian memberikan pernyataan klarifikasi seperti pernyataan di atas, bahwa foto-foto mahasiswi memang "atas pilihan" mereka dan akhirnya disetujui bahwa foto-foto mereka diturunkan "opacity"-nya.

Kasus tersebut terulang di salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) salah satu universitas termuka di Yogyakarta. Foto-foto mahasiswi juga diburamkan. Rektor mereka pun menanggapi hal tersebut dan akan memberikan nasihat kepada UKM yang bersangkutan.

Pertanyaan-pertanyaan kemudian muncul dalam benak saya: benarkah pernyataan tersebut? Bahwa foto-foto yang dikaburkan tersebut memang atas dasar pilihan mereka masing-masing karena ideologi masing-masing?

Apakah justru terdapat kesepakatan internal yang memang merepresikan perempuan sehingga tidak bebas untuk mengekspresikan diri akibat pemikiran dan budaya patriarkis dan misoginis di dalam lingkungan kemahasiswaan tersebut?

Apabila memang dalih daripada pengaburan foto-foto tersebut disebabkan oleh beberapa mahasiswi (juga bisa mahasiswa) memiliki paham bahwa memang semestinya perempuan harus "dilindungi" dengan tindakan seperti itu, tentu akan terkesan sangat miris dan ironis. 

Pasalnya, kampus justru mengampanyekan progresivitas dan kesetaraan gender, namun mahasiswanya justru melawan adanya kenyataan tersebut.

Ideologi itu didapat dari mana? Dogma-dogma yang diajarkan di dalam keluarga serta yang tersebar di media sosial, kemudian diterima secara bulat-bulat tanpa ada penyaringan melalui literasi, bisa saja memainkan peran yang besar dalam kasus ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun