Mohon tunggu...
WON Ningrum
WON Ningrum Mohon Tunggu... Konsultan - Peace of mind, peace of heart...

Hello, welcome to my blog!

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ubah Cara Pandang Melihat Masalah agar Tak Ada Lagi Rasa Pesimis

8 Mei 2020   00:07 Diperbarui: 8 Mei 2020   00:05 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar: freepik.com

Ada yang ngerasa gak saat bulan puasa ini kita bisa jadi lebih tenang, lebih sabar, lebih nyaman?

Ya, itu karena kita terkondisikan dengan suasana untuk beribadah puasa dengan semaksimal mungkin. Kalau memungkinkan, dengan puasa tersebut kita juga bisa mendapatkan pahala dan rahmat Allah semaksimal yang bisa kita raih.

Terus, kenapa ya rasa-rasanya baru di bulan puasa ini kita bisa sabar untuk tidak mengeluhkan sesuatu, bahkan untuk sebuah persoalan hidup besar yang mungkin sedang kita alami?

Ya, jawabannya karena ibadah puasa di bulan Ramadan ini sangat istimewa.

Ibadah puasa ini bisa menghalau segala perbuatan yang sia-sia atau perbuatan kita yang tidak terpuji. Tidak hanya di bulan Ramadan, tapi juga ibadah puasa sunah yang kita lakukan di luar bulan Ramadan. Seperti puasa Senin-Kamis, puasa Ayamul Bidh atau puasa (Nabi) Daud.

Sejatinya puasa di bulan Ramadan ingin mengembalikan kesadaran kita bahwa seharusnya di setiap bulan dalam setahun itu sama saja!

Di semua bulan dalam setahun itu kita juga harus tetap selalu sabar, lebih tenang serta tidak usah mengeluhkan persoalan hidup yang kita sedang alami.

Tapi manusia tempatnya lupa. Jadinya, setiap bulan Ramadan ini adalah sebuah "training" dari Allah untuk melatih lagi kesabaran, sikap tenang dan khusyuk serta tidak gampang mengeluh, apalagi menyerah!

Coba bayangkan, jika perusahaan saja setelah mengirimkan pegawai/karyawannya untuk training, misalnya dalam upaya untuk meningkatkan produktivitas dan kebahagiaannya selama 1 bulan penuh, maka output yang diinginkan pemilik perusahaan itu tentunya adalah para karyawan yang sudah terlatih itu akan siap mengimplementasikan ilmu yang didapatkan selama training selama bekerja di perusahaan itu. Dan kalau perlu, aplikasi ilmu itu bisa tetap berlanjut bahkan ketika karyawan itu sudah tidak bekerja di perusahaan itu lagi.

Berbicara mengenai masalah hidup.

Siapa yang di dalam hidup ini tidak pernah mendapatkan masalah atau ujian kehidupan? Jawabannya saya yakin, tidak ada.

Apa yang saya pelajari lewat Kitab Suci saya bahwa sejatinya hidup selalu bersanding dengan ujian.

"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?" (QS. Al-Ankabut, 29: 2)

Atau di dalam Surat lain disebutkan:

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit katakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar". (QS. Al-Baqarah, 2: 155)

Kalau kita sudah menyadari bahwa hidup ini tak lepas dari ujian, maka sesungguhnya ujian itu adalah rahmat dari Allah untuk menaikkan level kehidupan kita. Maka kita juga diminta untuk bersabar.

Bukankah siswa yang sedang duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) perlu melalui ujian untuk naik tingkat ke jenjang yang lebih tinggi, yakni jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP)?

Begitu seterusnya, fase ujian demi ujian yang kita lalui akan terus menaikkan level kita sampai ke jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), ke jenjang Sarjana, ke jenjang Pascasarjana, dan seterusnya.

Uniknya lagi, dari setiap ujian ini kita tidak perlu takut, karena setiap ujian ini (baik itu dari contoh level pendidikan di atas maupun dari setiap ujian di level kehidupan) tidak akan lepas dari kesanggupan kita sebagai manusia. Seperti yang tertulis dalam Kitab Suci Al-Quran:

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya". (QS. Al-Baqarah, 2: 286)

Sampai di sini, apakah sudah mudah bagi kita untuk memahami logika berpikirnya?

Jika masih belum, mari kita melihat bagaimana banyak kisah dari para nabi atau para tokoh ulama muslim dalam memandang sebuah masalah hidup.

Belajar Kisah Nabi Yunus dan Kisah Buya Hamka 

Dalam satu riwayat, sekitar tahun 700 SM Nabi Yunus dikeluarkan dari kapal yang terombang-ambing di atas laut karena kapal tersebut sudah kelebihan berat/penumpang.

Menyadari bahwa itu sudah menjadi takdir dari Allah, maka Nabi Yunus merelakan dirinya terapung di laut bahkan sampai ditelan ikan paus.

Coba bayangkan, Nabi Yunus berada di kedalaman laut lepas, dan berada di dalam perut ikan paus?

Alih-alih bersedih dan berputus asa, sambil menyadari kesalahannya, Nabi Yunus lalu berdoa yang diabadikan dalam Al-Qur'an:

"Laa ilaha illa Anta, Subhanaka inni kuntu min al-zalimin (Tidak ada tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya saya termasuk orang-orang yang zalim)". (QS. Al-Anbiya', 21: 87)

Lalu ada kisah dari seorang tokoh agama terkemuka dan seorang penulis produksi, Buya Hamka. Ia pernah dipenjara oleh rezim Soekarno tapi ia tidak pernah menyimpan dendam.

Kisah dirinya di dalam jeruji besi bahkan dilihatnya sebagai rahmat Allah karena di dalam penjara itulah, ia berhasilkan menuliskan Tafsir Al-Qur'an 30 Juz yang diberi nama Tafsir Al-Azhar.

Ia bahkan ingin berterima kasih kepada presiden yang sudah memenjarakannya karena kalau bukan karena dipenjara, mungkin ia tidak akan pernah menulis dan menyelesaikan Tafsir Al-Azhar tersebut!

Dari paparan di atas, maka yang bisa kita tangkap adalah ketika ada masalah yang menghinggapi hidup kita, baik itu masalah ringan, masalah yang sedang-sedang saja, atau masalah yang tersulit sekali pun, maka kita bisa melihat kisah dan contoh dari para nabi dan tokoh-tokoh yang bisa menjadi panutan bagaimana mereka memandang sebuah masalah.

Yakni tak lain bahwa masalah itu adalah sebuah rahmat dari-Nya.

Membaca kisah-kisah seperti di atas bagus juga untuk lebih memperbarui tingkat keimanan kita kepada Allah.

Di samping itu, bersabar juga selalu bersanding dengan ujian. (Lihat Al-Qur'an Surat Al-Baqarah: 155 di atas).

Bersabar juga mesti selalu didahulukan meskipun solusi belum ada di depan mata kita.

Jangan Pernah Berputus Asa dari Rahmat dan Ampunan Allah

Langkah berikutnya adalah ayo kita mendekatkan diri kepada Allah. Cepat-cepat memohon ampun dan bertobat kepada-Nya.

Bagaimana jika kasusnya bukan hanya sedang menghadapi masalah nih. Namun kita juga ternyata mempunyai dosa yang bertumpuk. Bahkan saking banyaknya, kita berpikir bahwa nggak mungkin Allah akan mengampuni dosa-dosa tersebut.

Ini nih kabar baiknya. Dan mumpung kita sedang berada di bulan Ramadan, di mana rahmat dan pengampunan dosa akan terbuka peluang selebar-lebarnya untuk diampuni bagi hamba-hamba-Nya yang mau kembali kepada-Nya!

Ini diisyaratkan dalam Al-Qur'an bahwa sesungguhnya Allah lebih menyukai hamba-hamba yang penuh dengan dosa dan mau mengakui dosa serta bertobat kepada-Nya, daripada hamba-hamba-Nya yang saleh tapi merasa tidak punya dosa.

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Mahapengampun lagi Mahapenyayang". (QS. Az-Zumar, 39: 53)

Dengan adanya pengampuanan dosa ini, sesungguhnya kita akan menjadi hamba yang dicintai oleh Allah. Jika sudah dicintai oleh Allah, maka apakah lagi yang kita khawatirkan?*

Wallahu a'lam Bisshawab.

Referensi:

[1] [2] [3] [4] [5] [6]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun