Mohon tunggu...
WON Ningrum
WON Ningrum Mohon Tunggu... Konsultan - Peace of mind, peace of heart...

Hello, welcome to my blog!

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Ramaikan Festival Perang Air "Cian Cui", Hanya Ada di Kota Selatpanjang!

4 Januari 2020   19:45 Diperbarui: 4 Januari 2020   20:09 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto: travelingyuk.com

Tidak lengkap rasanya merayakan Tahun Baru Imlek tanpa mengikuti dan menyaksikan Festival Perang Air atau dikenal dengan sebutan "Cian Cui"oleh masyarakat Tionghoa di kota Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti , Provinsi Riau.

Festival yang berlangsung selama tujuh hari terhitung sejak hari pertama Tahun Baru Imlek ini adalah festival yang dikenal sebagai peristiwa terunik di dunia yang hanya ada 3 di dunia, termasuk di Thailand dan di Madrid, Spanyol. Dan untuk di Indonesia, Festival Perang Air ini hanya ada di kota Selatpanjang, lho!

Jadi, selain warga lokal, festival ini setiap tahunnya juga selalu ramai diikuti dan disaksikan oleh wisatawan, di mana di tahun 2019 total wisatawan berjumlah lebih dari 20 ribuan orang dari dalam dan luar negeri yang memadati rute dan jalan-jalan yang telah ditentukan oleh panitia penyelenggara.

Festival Perang Air yang berhasil meraih Penghargaan Pesona Indonesia Kategori Ivent Wisata Paling Kreatif dan Populer di Indonesia ini, juga tercatat di Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) atas rekor sebagai Perang Air Peserta Terbanyak! Wow!

Para wisatawan maupun penduduk lokal yang ikut berpartisipasi dalam "Cian Cui" akan mengendarai beberapa becak motor yang telah disewa atau pun dengan berjalan kaki untuk berkeliling rute "Cian Cui" yang sudah ditetapkan.

Bagaimana sih keasyikan mengikuti "Cian Cui" ini? Dari beberapa orang yang saya jumpai, menurut mereka Festival "Cian Cui" adalah hal yang akan selalu ditunggu-tunggu di kota Selatpanjang, Riau. 

Kesan-kesan para partisipan dalam mengikuti festival ini beragam. Mulai dari keseruannya karena menyatu dengan orang-orang yang tidak dikenal dan diliputi suasana yang begitu ramai, serta dipadati oleh penduduk lokal dan para wisatawan yang turun ke jalan-jalan, hingga rasa senang yang membuncah karena kegembiraan bisa saling berperang air, menyiramkan air dan disirami atau disemprot air. 

Bahkan pengalaman yang pasti sangat mendebarkan adalah apabila sampai terjadi kemacetan di jalur Perang Air, maka tunggulah saatnya peserta akan kena semprotan atau siraman air yang bertubi-tubi dari segala arah! 

Sejak Festival Perang Air diadakan tahun 2013, terdapat beberapa kendala keamanan dan ketertiban. Olehnya, penggagas Festival Perang Air AKBP Pandra dan beberapa elemen masyarakat menetapkan peraturan untuk kegiatan ini, yakni antara lain: kegiatan berlangsung setelah Salat Asar dan berakhir sebelum Salat Maghrib atau sejak pukul 16.00 hingga pukul 18.00.

Juga saat kegiatan siram-menyiram air berlangsung tidak diperbolehkan menggunakan botol plastik dan tidak menggunakan perhiasan atau barang-barang berharga.

Panitia kemudian mengumumkan kepada warga melalui media maupun imbauan dari Bhabinkamtibmas agar peraturan ini dapat dipatuhi semua pihak.

Selain itu, ada satu syarat lagi yang penting. Para partisipan Festival Perang Air tidak boleh protes atau marah atas apa pun yang menimpa mereka, entah itu karena basah kuyup atau menderita sakit pada anggota tubuh, misalnya pada kulit dan mata karena tekanan semprotan air dari pipa air yang cukup kuat dari segala arah. Namun ya, di sinilah letak keseruannya!

Oya, meskipun Festival Perang Air dilaksanakan di awal Tahun Baru Imlek, akan tetapi kegiatan ini sama sekali bukan ritual agama.

Menurut sejarahnya, yang dikutip dari penjelasan Bupati Kepulauan Meranti pada Acara Pembukaan Festival Perang Air 2019, kegiatan ini sesungguhnya merupakan kebiasaan dari masyarakat Kepulauan Meranti tempo dulu dalam menyemarakan Hari Raya Idul Fitri dengan melakukan siram-siraman air.

Berangkat dari kebiasaan itulah, kemudian masyarakat Tionghoa mengadopsinya yang dikenal dengan "Cian Cui" seperti saat ini.

Diungkapkan oleh Bapak Bupati lagi bahwa meskipun Kepulauan Meranti adalah kabupaten termuda di Provinsi Riau, namun Festival Perang Air ini berhasil meningkatkan efek positif bagi masyarakat terutama di bidang perekonomian.

Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya okupansi hotel, rumah makan dan transportasi becak motor yang ramai, tiket kapal yang terjual habis, pedagang-pedagang kecil yang menyediakan kantung-kantung air sebagai "senjata" untuk dijual, sampai padatnya pusat-pusat perbelanjaan yang tentunya sangat menguntungkan masyarakat.

Jadi, ditunggu ya, untuk ikut memeriahkan Festival Perang Air "Cian Cui" di kota Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau! Sampai jumpa!*

Referensi:

[1] [2] [3]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun