Selain itu kegiatan ngabeubeurang juga bisa berbentuk jalan-jalan secara bersama-sama (bahasa Sunda: ngabring). Jalan-jalan dilakukan kadang tak tentu tujuan, sekedar menelusuri jalan. Kalau sudah capek, kemudian balik lagi.
Kegiatan ngabeubeurang biasanya dilakukan sampai sekira waktu dhuhur. Sebab dari segi makna saja ngabeubeurang bisa diartikan sebagai kegiatan "menghabiskan waktu sampai beurang (siang)".
Menjelang sore hari, terutama anak-anak dan remaja melakukan kegiatan lain yang disebut dengan ngabuburit. Ngabuburit bisa diartikan sebagai kegiatan "menghabiskan waktu sampai burit (sore)".
Sama halnya dengan kegiatan ngabeubeurang,  kegiatan ngabuburit juga dilakukan dengan melakukan beberapa permainan tradisional, seperti kucing-kucingan, bermain layangan, bermain sepak bola, atau sekedar jalan-jalan, dan sebagainya.
Itulah nostalgia masa kecil di bulan Ramadan dulu di pedesaan. Nostalgia itu kuat melekat sampai saat ini.
Nostalgia masa kecil di bulan Ramadan bersama keluarga juga tak kurang mengesankan. Seperti buka puasa bersama dan makan sahur bersama.
Hal yang paling mengesankan saat itu adalah momen ketika ibu atau bapak membangunkan kita untuk makan sahur. Kurang tidur dan badan yang capek kadang membuat kita susah bangun untuk makan sahur.
Tak jarang ibu atau bapak kita akhirnya bertanya, "Mau puasa nggak?" Kalau sudah ada kalimat pertanyaan itu, kita biasanya memaksakan diri untuk bangun makan sahur. Â Â