Siapa yang bersalah dalam tragedi kanjuruhan itu? Apakah suporter, aparat keamanan, panitia, pihak klub, atau siapa?
Menudingkan telunjuk untuk menuduh siapa yang bersalah dalam tragedi itu mungkin mudah. Bisa saja telunjuk diarahkan kepada para suporter yang turun ke lapangan dan berbuat anarkis. Coba kalau mereka tidak turun ke lapangan, bisa jadi tragedi yang sangat memilukan itu tidak akan terjadi.
Telunjuk juga bisa diarahkan kepada aparat keamanan. Kalau saja mereka tidak terlalu "bersemangat" menembakkan gas air mata yang membuat para suporter, baik yang ada di dalam lapangan atau yang ada di atas tribun panik, mungkin tidak akan terlalu banyak korban berjatuhan.
Telunjuk juga bisa diarahkan kepada panitia. Sebagaimana dikatakan oleh Menko Polhukam Mahpud MD, polisi sesungguhnya menyarankan panitia pelaksana melangsungkan laga antara Aremania versus Persebaya itu sore hari. Akan tetapi panitia pelaksana malah melangsungkan laga itu pada malam hari.
Mungkin saja, seandainya laga antara Aremania versus Persebaya dilangsungkan pada sore hari sebagaimana yang disarankan pihak kepolisian, korban tragedi kanjuruhan tidak akan sebanyak itu.
Telunjuk juga bisa diarahkan kepada pihak kklub. Sebab mereka tidak bisa menertibkan para suporternya itu.
Apakah telunjuk juga bisa diarahkan kepada PSSI? Secara organsatoris jelas PSSI adalah organisasi yang bertanggung jawab atas perkembangan sepak bola di tanah air, dari A sampai Z nya.
Bahkan menurut ketua IPW (Indonesia Police Watch), Ketua Umum PSSI seharusnya malu atas tragedi yang terjadi dan kemudian mengundurkan diri. Secara langsung Ketua Umum PSSI memang tidak melakukan kesalahan. Tapi sebagai tanggung jawab moral, Ketua Umum PSSI jelas harus bertanggung jawab.
Tragedi kanjuruhan sudah terjadi. Korban meninggal sudah berjumlah ratusan orang. Saat ini mungkin bukan waktu untuk saling menyalahkan. Saat ini adalah waktu bagi semua pihak untuk mengevaluasi diri dan mengakui kesalahan sendiri. Termasuk PSSI.