Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seandainya "Cebong" dan "Kadrun" Tak Pernah Ada

8 Mei 2022   12:50 Diperbarui: 8 Mei 2022   12:55 1322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitu tajamnya polarisasi karena kata atau istilah "Cebong" dan "Kadrun". Seolah-olah orang tidak boleh memiliki pilihan lain. Netral pun tidak boleh.

"Cebong" dan "Kadrun" adalah istilah toksik dalam kehidupan politik bangsa ini. Mengapa sebagian orang masih suka menggunakan kedua istilah itu? Tidakkah mereka yang masih menggunakan kedua istilah itu tidak menginginkan kehidupan berbangsa yang damai dan tenteram?

Menggunakan istilah "Cebong" dan "Kadrun" menurut saya sama saja dengan terus memelihara kebencian atau permusuhan satu sama lain. Berbeda pilihan dalam politik bukan berarti harus saling membenci atau saling memusuhi. Dalam hal ini semua pihak harus bisa lebih bersikap dewasa demi kehidupan bangsa ini.

Terus terang ketika membaca sosial media saya merasa risih, prihatin, dan sedih ketika dua kelompok netizen yang berbeda saling menghujat dengan menggunakan istilah "Cebong" dan "Kadrun". Semangat saling membenci dan memusuhi terlihat jelas dari unggahan kalimat mereka.

Seandainya kata "Cebong" dan "Kadrun" tak pernah ada, mungkin tak akan ada polarisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara seperti saat ini. Kehidupan berbangsa dan bernegara mungkin tidak akan setegang saat ini.

Istilah "Cebong" dan "Kadrun" merupakan salah satu masalah bangsa saat ini. Masalahnya, maukah tuan-tuan yang masih menggunakan kedua istilah itu untuk mengakhiri semua masalah dengan tidak menggunakan lagi kedua istilah itu? Bukankah hidup damai dan tenteram itu lebih baik?


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun