Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pembelajaran Jarak Jauh Tak Usah Dilanjutkan?

30 Juli 2020   13:07 Diperbarui: 30 Juli 2020   13:56 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak pihak menilai Pembelajaran Jarak Jauh atau PJJ yang diterapkan untuk para siswa saat ini tidak cukup efektif sebagai pembelajaran alternatif dalam situasi pandemi Covid-19 ini. Penilaian tersebut tentu bukan bermaksud untuk memojokkan atau menyerang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim, tapi faktanya memang seperti itu.

Tak kurang dari Wakil Ketua DPR RI Muhaimin Iskandar, Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda, atau Komisioner KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) Retno Listyarti berpendapat seperti itu. Bahkan Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda sebaaimana dilansir kompas.com (30/07), mengatakan akan memanggil Mendikbud Nadiem Makarim dan mengupayakan rapat dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk membahas hal tersebut .

PJJ adalah ikhtiar atau ijtihad dari Mendikbud Nadiem Makarim. Hal itu tentu perlu kita apresiasi. Akan tetapi Mendikbud mungkin lupa ketika membuat konsep dari ikhtiar atau ijtihadnya itu, bahwa Republik Indonesia ini bukan Singapura tempat ia dilahirkan dan dibesarkan, atau Amerika Serikat dan Inggris tempat ia menimba ilmu sekian lama.

Singapura, Amerika Serikat, atau Inggris adalah negara-negara maju yang memiliki penghasilan perkapitanya sangat jauh dengan Indonesia. Artinya tingkat kesejahteraan warganya relatif baik. Selain itu ketiga negara tersebut memiliki akses internet yang baik dan merata.

Bagi warga Singapura, Amerika Serikat, atau Inggris, PJJ mungkin tak  masalah. Bahkan banyak dari mereka melakukannya. Fasilitas atau alat yang dibutuhkan, serta akses internet bagi mereka bukan sebuah kendala.

Smartphone, laptop, atau alat komunikasi lain yang bisa digunakan komunikasi secara online bagi warga Singapura, Amerika Serikat, atau Inggris mungkin sudah bukan lagi barang mewah. Setiap orang bisa memilikinya dengan mudah.

Sedangkan bagi warga negara Indonesia ? Smartphone atau laptop bagi sebagian orang masih menjadi barang yang wah. Tidak setiap orang bisa memilikinya.

Bagi banyak orang, jangankan memikirkan untuk memiliki smartphone atau laptop plus membeli kuota internet, untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari saja masih susah. Mereka harus bekerja banting tulang demi untuk bisa mengisi perut setiap harinya.

Oleh karena itu sangat masuk akal jika PJJ yang digagas oleh Mendikbud saat ini tidak berjalan dengan efektif. Sebab sarana dan prasarana, atau perangkat-perangkat yang dibutuhkan tidak semua terpenuhi.  

Ada banyak cerita duka dari rekan-rekan guru tentang PJJ ini. Ada orang tua yang marah-marah kepada guru karena pusing setiap hari harus membimbing anak. Ada suami istri yang bertengkar karena saling mengandalkan untuk membimbing anak. Belum lagi masalah orang tua siswa yang tidak memiliki smartphone/laptop, tidak punya kuota internet, tidak ada sinyal, dan setumpuk masalah lainnya.

Bagi siswa yang tidak bisa menjalankan PJJ, terpaksa guru harus berkunjung ke rumah-rumah mereka yang jumlahnya tidak sedikit. Mendingan kalau pas berkunjung si siswa atau orang tuanya ada di rumah. Ternyata tidak ada belajar di rumah, tapi malah bermain entah ke mana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun