Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pasca Menjalankan Ibadah Puasa, Antara Filosofi Ular dan Ulat

25 Mei 2020   21:57 Diperbarui: 25 Mei 2020   21:59 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan Ramadan telah berlalu beberapa hari yang lalu, ditandai dengan hari lebaran atau hari raya Idul Fitri. Selama sebulan penuh di bulan Ramadan, umat Islam dididik dan dilatih untuk bersikap dan berperilaku yang baik dan mengandung nilai-nilai kebaikan. Umat Islam dididik dan dilatih untuk memiliki karakter yang baik dan terpuji.

Umat Islam dididik dan dilatih untuk bisa mengendalikan diri, bersabar, menahan nafsu, peduli sesama, dan segala sikap dan perilaku yang baik dan mengandung nilai-nilai kebaikan lainnya. Setelah berpuasa diharapkan ada perubahan sikap dan perilaku ke arah yang lebih baik dari sebelumnya.

Ada dua jenis hewan yang biasa dijadikan filosofi bagi mereka yang melaksanakan ibadah puasa. Yaitu ular dan ulat. Kedua jenis hewan itu memang harus melakukan "puasa" untuk bisa terus bertahan dalam hidupnya.

Setelah kedua hewan itu melakukan "puasa", akan terjadi perubahan pada tubuhnya. Baik ular atau ulat, keduanya akan memiliki tubuh baru.

Pertama ular. Proses perubahan atau pergantian tubuh pada ular disebut shedding. Ular perlu mengganti tubuh luarnya, yakni kulitnya supaya pertumbuhannya lancar, sekaligus juga untuk menyingkirkan parasit yang mungkin menempel di kulit lamanya.  

Setiap periode shedding, ular melakukan "puasa" selama 7-10 hari. Dalam proses itu ular bersembunyi di lubang persembunyiannya dan tidak makan. Setelah menjalani "puasa" ular kemudian melakukan ekdisis, yakni proses pelepasan kulit, dari kulit lama menjadi kulit baru.

Ular, setelah berganti tubuh atau kulit hidup kembali sebagai ular. Tubuh berganti tetapi karakternya tidak berubah. Ular tetap memiliki karakter yang sama dengan sebelum berganti tubuh : buas, ganas, dan membahayakan.

Kedua ulat. Proses perubahan atau pergantian tubuh pada ulat disebut metamorfosis. Sebelum melakukan transformasi tubuh, ulat melakukan "puasa" selama kurang lebih selama 12 hari. Dalam proses itu ulat akan membuat cangkang yang disebut kepompong.

Kepompong dibuat oleh ulat dengan daun yang dililitkan pada dirinya dengan memanfaatkan benang khusus dalam dirinya yang mengandung sutera. Di dalam kepompong ulat akan menjalani "puasa" selama 12 hari. Setelah itu ulat kemudian akan berganti tubuh, yang berbeda dengan sebelumnya.

Berbeda dengan ular yang tubuhnya tetap tidak mengalami perubahan fisik dan karakter setalah melakukan "puasa", ulat justeru mengalami perubahan bentuk tubuh dan karakter yang sangat berbeda dari sebelumnya setalah melakukan "puasa". Ulat berubah bentuk menjadi kupu-kupu yang indah dengan karakter yang indah pula.

Sewaktu ulat masih menjadi ulat, memiliki tubuh yang menjijikan dan tidak disukai banyak orang. Karkater ulat juga tidak disukai karena memiliki sifat rakus dan merusak, jadi hama tumbuhan. Setiap ulat memang rakus, hanya makan dan makan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun