Mohon tunggu...
wiwik kurniaty
wiwik kurniaty Mohon Tunggu... Administrasi - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hoaks, Tahun Politik dan Munculnya Kebencian Baru

11 Oktober 2018   22:50 Diperbarui: 11 Oktober 2018   22:55 1097
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stop Hoax - nucirebon.or.id

Entah ada dengan negeri ini. Setiap kali jelang pemilihan kepala daerah ataupun presiden dan wakil presiden, selalu disertai 'drama' politik yang membuat kita semua geleng-geleng kepala. Dan yang menjadi miris, 'drama' tersebut dilakukan oleh tokoh dan elit politik, yang merupakan panutan dan wakil rakyat di parlemen.

Belakangan ini, publik terus diramaikan drama hoax yang dilakukan oleh Ratna Sarumpaet. Polisi memang telah menahan dan melakukan serangkaian pemeriksaan, namun ketika para saksi yang merupakan tokoh dan elit politik, 'drama' baru pun terus bergulir. Dan hal ini pun memicu munculnya hoax dan kebencian baru di dunia maya.

Ratna memang sudah menjadi pusat perhatian. Berbagai cibiran di dunia maya terus bermunculan dan seakan tak ada habisnya. Padahal, hal semacam ini semestinya tidak perlu terjadi. Betul dia sudah menyebarkan hoax dan hal itu pun sudah diakuinya. Biarlah untuk saat ini menjadi urusan polisi untuk melakukan pemeriksaan. Masyarakat harus mulai menenangkan diri dan saling menenangkan, agar tahun politik ini tidak dipenuhi dengan amarah dan aksi balas dendam.

Di awal masa kampanye, muncul situs skandal yang ramai jadi perbincangan. Tak lama kemudian muncul kasus Ratna. Muncul indoleaks yang mengaitkan dengan petinggi kepolisian. Setelah ini isu apa lagi yang sengaja dimunculkan, untuk membuat kebencian-kebencian baru. Padahal, Indonesia saat ini masih berduka.

Belum selesai dari bencana di Lombok, muncul bencana gempa dan tsunami di Palu, Sigi dan Donggala yang menelan ribuan korban jiwa. Dalam kondisi bencana ini pun, sempat ditemukan hoax untuk membuat kepanikan masyarakat. Entah apa maksud kemunculan hoax tentang bencana ini.

Apa yang membuat sebagian masyarakat gemar sekali menebar hoax dan kebencian? Bencana semestinya bisa menjadi pengingat buat kita. Agar selalu bergandengan tangan dan menguatkan solidaritas. Bencana seharusnya bisa memunculkan sikap saling tolong menolong antar sesama. Namun yang terjadi justru memanfaatkan hal ini untuk menebar kepanikan.

Sedangkan para elit, memanfaatkan bencana di tengah tahun politik ini, untuk terus mencari kejelekan pemerintah yang kebetulan juga ikut maju dalam pilpres 2019 mendatang. Sebenarnya, dalam konteks kritik tidak masalah dan sangat diperlukan. Namun jika dalam kritik tersebut berselimut kebencian-kebencian baru justru sangat disayangkan.

Begitu juga dengan tahun politik ini. Setelah melewati pilkada serentak, untuk pertama kalinya pada 2019 mendatang, pilpres dan pileg dilakukan secara bersamaan.

Semestinya, perhelatan politik ini bisa mendewasakan demokratisasi di Indonesia. Para elit yang maju diharapkan bisa menyiapkan berbagai program yang bisa membuat Indonesia lebih baik.

Partai politik juga bisa berlomba menyiapkan kader-kadernya yang militant, jujur, bertanggungkjawab dan berintegritas, untuk maju sebagai calon pemimpin. Begitu juga dengan tim sukses, bisa dijadikan momentum untuk menjalin silaturahmi. Namun yang terjadi, lagi-lagi hoax masih menyusup dibalik hiruk pikuk perhelatan politik di Indonesia.

Indonesia sepertinya sudah memasuki masa darurat hoax. Maraknya informasi menyesatkan, dan rendahnya literasi masyarakat yang memunculkan perilaku sharing sebelum saring, juga menjadi persoalan tersendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun