Mohon tunggu...
Dewi Haroen
Dewi Haroen Mohon Tunggu... Psikolog -

Psikolog Politik & Pakar Personal Branding, Penulis Buku "PERSONAL BRANDING Kunci Kesuksesan Berkiprah di Dunia Politik", Narasumber media cetak/online, Radio & TV, Pembicara Seminar & Trainer, https://www.youtube.com/watch?v=oW1vuHKJ4iI http://www.dewiharoen.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kopdar di Hong Kong: Indahnya Jalinan Persaudaraan di Kompasiana

8 Februari 2012   04:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:55 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhirnya rencana kopdar saya dengan kompasianers di Hong Kong (mbak Fera cs) saat berkunjung ke Hong Kong bisa berlangsung dengan sesuai rencana pada hari Minggu 5 Februari 2012. Mbak Fera sudah lebih dulu menuliskan reportasenya dengan baik dan seperti biasa selalu jadi HL disini.Sehari sebelumnya saya juga sudah kopdar dengan kompasianer Hong Kong lainnya Lexy Ma. Sms yang intens dengan Mbak Fera terus berlangsung sejak saya menginjakkan kaki di Hong Kong hari Kamis, 2 Februari 2012 sampai saya bertemu dengannya di hari Minggu siang. Seperti yang sudah dituliskan sebelumnya, kedatangan saya ke HK untuk memberikan ceramah/training kepada di suatu kumpulan/organisasi BMI di Hong Kong yang diselenggaraka di Aula Ho Tung School Causeway Bay.  Dan tanpa disangka, ternyata mbak Ani Ramadhani menjadi salah satu panitianya juga. Sehingga pagi harinya saat memasuki aula, satu wajah bermata indah dan berjilbab yang tak asing menyambut dan memeluk saya dengan hangat. Hanya sejenak saya dan mbak Anie bisa bertegur sapa, karena setelah itu saya harus bersiap untuk mengisi training yang segera akan dilakukan. Mbak Anie sempat memberi info bahwa sekitar jam 1 siang nanti mbak Fera akan menyusul.

1328636117654356216
1328636117654356216
Tepat jam 1 siang saya selesai memberikan training/ceramah. Namun saya tidak bisa langsung beranjak pergi, karena seperti biasanya banyak peserta yang ingin berkenalan lebih jauh, berkonsultasi singkat atau sekedar untuk berfoto. Saat saya sibuk melayani peserta, terlihat  di kejauhan satu wajah yang rasanya tak asing bagi saya (meski belum pernah bertemu muka!) berdiri menunggu di bagian belakang. Tak ingin mengecewakannya, saya beringsut untuk menyapanya terlebih dahulu. Dan kami berpelukan hangat seperti sahabat/saudara yang sudah sekian tahun tidak berjumpa.  Saya dan Mbak Fera larut dalam keharuan yang mendalam. Tapi mbak Fera terpaksa harus menunggu lagi dengan sabar sebelum bisa mengajak saya pergi menemui teman2 kompasianers Hong Kong lain yang telah menunggu. Karena saya masih punya kewajiban untuk melayani BMI yang ingin berkenalan, beramah tamah, berkonsultasi ataupu berfoto. Alhamdulillah sekitar jam 2 siang semuanya bisa teratasi dan saya akhirnya bisa keluar dengan mbak Fera menuju Konsulat Jendral RI tempat kompasianers lain menunggu. Di jalan depan Konjen RI telah menunggu mbak Anie dan juga Sarwendah. Mbak Ani yang kontributor Dompet Dhuafa di Hong Kong mengajak saya dan suami terlebih dahulu mampir ke kantor tersebut untuk ke toilet ataupun berganti baju. Karena hari Minggu, kantor yang tidak seberapa luas itupun penuh dengan BMI yang melakukan berbagai aktivitas belajar dan sharing. Dan terlihat juga ada BMI yang khusus datang untuk menyetor zakatnya disitu. Mbak Ani bercerita bahwa kesadaran berzakat BMI Hong Kong termasuk tinggi. Maka tidaklah mengherankan jika petugas di hari Minggu menjadi sangat sibuk melayani BMI yang ingin menyetor zakatnya. Dari sana kamipun beranjak ke Victoria Park yang terkenal itu. Ya, tempat itu menjadi sangat terkenal khususnya di kalangan BMI, karena menjadi tempat favorit untuk para BMI berkumpul menghabiskan waktu liburnya di hari Minggu. Saya dan suami diajak mbak Ani jalan berkeliling di seputar sana mengamati berbagai aktifitas para BMI disana. Saya dan suami sempat terkagum-kagum dengan kreatifitas mereka untuk mengisi waktu libur yang sekali seminggu ini. Insya Allah reportasenya akan saya buat dalam tulisan yang lain.
13286362661842374651
13286362661842374651
Puas di Victoria Park kami menuju resto Warung Malang untuk mengisi perut yang mulai bernyanyi diterpa hawa dingin di Hong Kong. Sebetulnya mereka ingin mengajak saya ke resto Bali di Jordan (Kowloon) tempat mereka kopdar dengan pak Julianto Simanjuntak saat di Hongkong yang konon tempatnya lebih nyaman. Tapi karena saya harus bertemu dengan panitia training/seminar di malam harinya di Causeway Bay, terpaksa dibatalkan. Alasan lain adalah sehari sebelumnya saya bersama suami sudah puas berkeliling di daerah Kowloon (penginapan saya di Nathan Road, Tsim Tsat Tsui, Kowloon). Seperti tempat-tempat lainnya, Warung Malang yang menyediakan makanan khas Indonesia tampak penuh sesak dengan BMI yang ingin melepaskan selera dengan menyantap makanan khas kampung halaman seperti soto ayam, rawon, mie bakso, sop buntut, ayam penyet dan lain-lain yang khas kuliner nusantara. Saya dan suami yang sudah 3 hari ini hanya menyantap makanan fast food dengan alasan praktis, jadi terpuaskan dahaga akan makanan yang sesuai dengan selera. Sambil makan kami asyik mengobrol ngalor ngidul mengenai issue apa saja yang terlintas. Oh ya saat di Warung Malang tersebut kompasianer Hong Kong lain seperti Mbak Dwi dan Chatyn Glazes bergabung. Meski situasi ruang di resto sangat sempit dan kurang nyaman, hal ini tidak menghalangi keasyikan kami untuk chatting dan bergossip ria membahas permasalahan aktual yang ada, baik itu di Kompasiana maupun di pemerintahan Indonesia. Suami saya hanya geleng-geleng kepala melihat kami seru melontarkan berbagai bahasan ataupun curhatan. Saking asyiknya kami sampai 'diusir' oleh pemilik resto karena keasyikan ngobrol setelah makan dan membuat pengunjung lainnya yang ingin bersantap jadi terhambat. Ya, hati kita yang begitu lapang dengan semangat persaudaraan membuat segala situasi menjadi lapang juga, sampai lupa tempat...hehehe!
1328636428581344535
1328636428581344535
Dari situ mereka mengajak saya ke pasar Causeway Bay yang menjual barang murah meriah yang cocok untuk oleh-oleh keluarga di tanah air. Mbak Fera memberi info akan jam murah yang dijual disana dan suami sayapun membelinya 3 buah dengan harga total $HK 100. Disana mbak Sanchai kompasianer Hong Kong lainnya bergabung. Ternyata dia tinggal menghitung hari saja di Hong Kong. Karena tanggal 11 Februari 2012 akan balik ke tanah air tanpa memperpanjang kontrak karena orangtuanya tidak mengijinkannya kembali bekerja di HK setelah 2 tahun ini. Mbak Sanchai bergabung, lalu giliran mbak Sarwendah dan temannya pamit karena ada suatu keperluan sebelum mereka kembali ke rumah tempat bekerja. Saya peluk dengan erat mbak Endah (Sarwendah) yang lincah, ceriwis dan berwajah ceria. Dan sebelum berpisah kamipun mengabadikan semua rekan kompasianers Hong Kong dengan saya (paket kumplit) dengan latar belakang suasana pasar Causeway Bay.
13286366081506418399
13286366081506418399
1328665523526264977
1328665523526264977
Dari pasar Causeway Bay kami beralih menuju TIME SQUARE yang termasyur itu, yaitu area perbelanjaan paling eksklusif di area sana. Dan kami pun berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lainnya dengan tetap melakukan obrolan yang tak putus di sepanjang jalan. Tak ada rasa lelah, yang ada hanya keceriaan dan kegembiraan di hati kita masing-masing. Bertemu muka dan melepas rindu menjadikan semuanya indah dan menyenangkan. Tak lupa di setiap tempat yang menarik, kamipun mengabadikannya lewat kamera yang kami bawa.
13286368531106835585
13286368531106835585
13286655832061573836
13286655832061573836
Akhirnya waktu jualah yang memisahkan kita. Jam saat itu sudah menunjukkan sekitar 9 malam saat teman-teman kompasianers BMI Hong Kong harus kembali ke tempat kerjanya masing-masing sekitar jam 10 malam. Rasanya sangat berat hati ini untuk berpisah. Meski baru sekali itu saya dan suami bertemu muka dengan mereka semua, tapi dalam waktu singkat terasa bagaikan saudara kandung yang sudah lama tidak bertemu. Mbak Fera Cs adalah teman-teman yang sangat menyenangkan. Kopdar kompasianers di Hong Kong  menjadi bukti indahnya persaudaraan yang terjalin via tulisan di kompasiana. Kompasiana menjadi alat yang hebat untuk bisa menyatukan hati kita semua. Ah, tak ada kata yang mampu untuk menggambarkan perasaan saya saat itu. Ya, mungkin anda semua bisa melihat via foto yang saya tampilkan di tulisan ini.
1328666276934988373
1328666276934988373
Pulomas, 8 Februari 2012 Tulisan sebelumnya :

Asyiknya Kopdar Plus JJS Dengan Kompasianer Hong Kong Lexy Ma

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun