Mohon tunggu...
Dewi Haroen
Dewi Haroen Mohon Tunggu... Psikolog -

Psikolog Politik & Pakar Personal Branding, Penulis Buku "PERSONAL BRANDING Kunci Kesuksesan Berkiprah di Dunia Politik", Narasumber media cetak/online, Radio & TV, Pembicara Seminar & Trainer, https://www.youtube.com/watch?v=oW1vuHKJ4iI http://www.dewiharoen.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

City Tour Tanpa Biaya di Birmingham, UK

18 November 2011   07:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:31 1196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada kunjungan kedua Juni 2011 lalu ke negeri Kerajaan Britania Raya dengan Ratu Elizabeth II sebagai kepala negaranya, saya berkesempatan mengunjungi kota Birmingham selama 3 hari (sebelum nantinya ke London) bersama suami yang sedang tugas kantor. Tiba di airport setelah perjalanan panjang terbang 15 jam dari Jakarta-Singapore-Birmingham, kami dijemput mobil perusahaan dan langsung diantar ke hotel yang berlokasi di pusat kota. Beruntung sekali, kami mendapatkan kamar hotel yang nyaman di lantai 10 yang menghadap ke jalan utama dan posisinya strategis di sudut bangunan dengan view yang indah. Foto di atas adalah suasana di seputar Broad Street di pagi hari yang cerah dan foto di bawah terlihat sebuah kanal lengkap dengan perahu-perahu yang tertambat yang terdapat di kota Birmingham (Birmingham & Fazeley Canal).

Karena jadwal suami di hari pertama adalah meeting dan factory visit, maka saya ‘terpaksa’ memberanikan diri city tour 'sorangan wae' keliling kota, setelah semalaman ‘mempelajari’ peta wisata yang  gratis didapat di lobby hotel. Disitu tertera jelas petunjuk bagi pelancong untuk (bisa) City Tour Tanpa Biaya, yaitu dengan dengan berjalan kaki menikmati berbagai bangunan tua bersejarah di areal City Center (City Center Walk). Broad Street, jalan dimana hotel kami dan hotel ternama lainnya berlokasi, adalah salah satu jalan utama kota Birmingham yang punya akses langsung yang dekat dengan pusat kota seperti Chamberlain Square or Victoria Square (City Center dan Shopping Center Area). Maka dengan berjalan kaki santai ala Melayu, saya mencoba merasakan denyut nadi kehidupan sebuah kota yang terletak di West Midlands, Inggris. Broad Street mirip Orchard Road Singapore dengan yang memiliki trotoar untuk pejalan kaki yang lebar, meski jumlah manusia yang berlalu lalang lebih sedikit. Tidak tampak adanya kemacetan dan hiruk pikuk kendaraan bermotor, padahal  jalanan tidak terlalu lebar. Suasana kota Birmingham di hari kerja selasa pagi pukul 9, terasa sepi dan lengang. Hanya sesekali terlihat sekumpulan orang-orang yang bergegas jalan kaki menuju pusat perkantoran. Ya, meski Birmingham merupakan pusat industri, keuangan dan pendidikan di Inggris, Birmingham kalah populer dengan London dan Manchester. Namun kota terbesar kedua di Inggris dengan jumlah penduduk hanya 1 juta jiwa (perkiraan tahun 2005, Wikipedia) ini kaya akan bangunan tua yang bersejarah dengan arsitektur yang menawan

Sejarah kota Birmingham dimulai pada tahun 1166 sebagai kota kecil. Selanjutnya berkembang pesat pada abad 18-19 ketika bergelora revolusi industri saat ditemukan mesin uap (1769) oleh James Watt. Bekerjasama dengan Matthew Boulton seorang insinyur dan pengusaha cekatan kelahiran Birmingham, perusahaan mereka memproduksi sejumlah besar mesin uap yang menjadi penggerak utama pabrik di seluruh daratan Eropa. Selama dua puluh lima tahun sesudah itu, keduanya kaya raya dan menjadi ikon kebanggaan kota karena peran serta mereka yang besar dalam pengembangan/kemajuan kota Birmingham. William Bloye mengabadikannya bersama rekan pembuat mesin uap lainnya William Murdoch, berupa patung perunggu yang terletak di jalan Broad Street. Statue atau patung indah tersebut berada tepat di depan Centenary Square yang jaraknya hanya sekitar 200 meter dari Chamberlain Square.

berjarak sekitar 100 meter sebelum Chamberlain Square, kita menjumpai bangunan gaya georgia Bakersville House yang berfungsi sebagai pusat administrasi kota dan Hall of Memory, yang merupakan tempat untuk menghormati para pahlawan atau pejuang yang berjasa terhadap kota Birmingham dan mereka yang gugur dalam perang dunia 1 & 2.

Dari situ dengan berjalan kali 5 menit saja,  kita akan sampai ke Chamberlain Square, dimana terdapat Museum & Art Gallery. Museum ini berisi koleksi berbagai benda seni, sejarah, arkeologi dan etnografi dari lima benua. Jumlah koleksi seluruhnya sekitar 500.000 objek/barang yang ditata dengan sangat menarik. Sayangnya saya tidak sempat berkunjung karena waktu terbatas, padahal Free Entrance, alias tidak dipungut biaya!

Berjalan beberapa langkah dari Chamberlain Square, kita akan bertemu Victoria Square yang merupakan alun-alun pusat kota Birmingham yang dikelilingi berbagai bangunan tua dengan arsitektur yang sangat indah dan masih terawat baik. Tiga bangunan yang sangat menonjol dan selalu menjadi incaran turis untuk berfoto ria adalah Town Hall, Former Head Post Office dan Council House.

Di depan Council House terdapat tangga batu menurun yang mengarah ke area pusat perbelanjaan Victoria Square.  Selain itu juga terdapat kolam air mancur (River Fountain) dengan suara gemericiknya dan dihiasi patung yang ditata indah.Di depan air mancur terpampang layar TV raksasa yang secara rutin mengadakan siaran langsung pertandingan olahraga kelas dunia atau event besar lainnya tanpa bayar alias GRATIS (kita tinggal duduk manis di anak tangga yang berfungsi ganda sebagai bangku). Beberapa hari saya disana yang bersamaan waktunya dengan penyelenggaraan tennis WIMBLEDON, maka setiap hari ada siaran langsung dari siang hingga malam hari. Sebagaimana alun-alun kota lainnya, tak heranlokasi itu menjadi ikon dan tempat favorit berkumpul penduduk kota Birmingham seperti halnya Trafalgar Square di London.

Setelah berhenti sejenak melepaskan lelah dan menikmati suara air serta mengamati aktivitas penduduk kota Birmingham di pagi hari, saya berjalan  menuruni belasan anak tangga di sebelah air mancur menuju Shopping Center. Jajaran toko dan shopping center itu sibuk menawarkan berbagai diskon yang menggiurkan calon pembeli. Maklum saja saat itu adalah awal musim panas dimana identik dengan waktu berlibur/berbelanja bagi kebanyakan penduduk di belahan dunia barat. Suasana penawaran diskon mirip dengan diskon menjelang lebaran di Indonesia. Toko biasanya dibuka pada pukul 10 pagi dan hampir semuanya tutup pada pukul 6 sore. Jarang sekali yang buka hingga jam 8 atau jam 9 malam, kecuali mungkin apotik atau convinience store. Barang yang dijual tidak terlihat istimewa menurut saya. Karena seperti halnya di negara kita, barang dari negeri tirai bambu Cina juga membanjiri pasar di Birmingham ini. Yang menarik perhatian saya adalah justru adalah orang yang berlalu lalang.  Selain orang Afrika, maka banyak terlihat orang Arab/Turki serta India yang terlihat. Maklum sekitar 20% penduduk kota kini berasal dari etnis Afrika, Arab dan Asia.

Saya terus saja berjalan berputar mengelilingi areal shopping center yang mirip dengan suasana Oxford, Bond dan Picadilly Street di London. Meski tak ada satupun barang yang saya beli, saya cukup puas dengan kegiatan window shopping yang saya lakukan. Sampai saya tidak tahu lagi posisi saya berada. Akhirnya saya putuskan berjalan saja  terus mengikuti langkah kaki dan hati, tanpa diributkan oleh peta yang saya bawa. Sesaat saya tertegun melihat satu bangunan yang menarik dengan bentuk arsitektur yang unik. Dengan keseluruhan warna merah bata menyala, bangunan itu terlihat sangat menonjol dibandingkan sekitarnya. Ternyata itu adalah Victoria Law Coutrs, gedung tua yang berusia 100 tahun lebih yang terletak di Corporation Street.  Pada foto dibawah ini, Victoria Law Courts adalah bangunan yang di sebelah kiri. Sampai sekarang bangunan ini masih dipergunakan sebagai tempat Birmingham Magistrate’s Court, sehingga kita hanya bisa mengagumi keindahan bangunan diluar saja.

Sesuai dengan nama jalan Corporation Street, dari pengamatan saya area ini adalah pusat perkantoran yang berkaitan dengan masalah hukum. Hal ini terlihat dari papan nama yang tertulis di depan bangunan dan kantor tersebut.  Sehingga tak heran banyak orang parlente berjas/berdasi lalu lalang dengan membawa map, tas, bahkan koper kecil yang berisi berkas keluar masuk Victoria law Courts dan kantor lainnya. Lelah berjalan saya sempat berhenti sejenak di taman kecil yang berada di antara gedung perkantoran. Duduk di bangku sambil mengamati burung-burung dara yang berkeliaran bebas tanpa kuatir akan gangguan manusia. Duuuh...kapan ya  Jakarta bisa seperti itu!

Setelah stamina pulih, saya putuskan berjalan kembali ke Victoria Square untuk membeli makan siang saya. Ya, ternyata tanpa sadar perut ini sudah keroncongan karena keasyikan dengan City Tour by Walk. Dan bekal makan siang itu saya bawa ke Cathedral St Philip's yang berada di areal yang sama, setelah saya lihat banyak orang/penduduk melakukan hal tersebut. Sambil mengisi perut dengan french fries dan hamburger Mc Donald, saya berkesempatan menikmati suasana sejuk dan damai di seputaran taman gereja tersebut. Tanpa terasa hampir setengah jam saya duduk disana, sebelum diganggu oleh dering HP dari suami yang meminta balik secepatnya ke hotel.  Dengan berat hati (tentunya dengan berjalan kaki lagi!) akhirnya saya beranjak kembali ke hotel tempat saya dan suami menginap.

Ternyata...bisa  juga ya City Tour Tanpa Biaya di Birmingham, UK !

Note: Semua foto adalah koleksi pribadi Wita & Rifol Pulomas, 18 November 2011

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun