Internalisasi nilai-nilai organisasi membutuhkan proses pembelajaran kolektif. Pelatihan, diskusi rutin, penilaian kinerja berbasis nilai, hingga role model dari pimpinan organisasi merupakan strategi-strategi yang perlu diterapkan untuk memastikan bahwa nilai-nilai tersebut benar-benar menjadi bagian dari kehidupan organisasi. Selain itu, pendekatan partisipatif yang melibatkan semua elemen organisasi juga penting dalam membentuk budaya kerja yang inklusif dan produktif.
Perubahan asumsi dasar adalah tantangan terbesar dalam transformasi budaya organisasi. Dibutuhkan kepemimpinan visioner yang mampu membongkar dogma-dogma lama birokrasi dan membangun paradigma baru yang lebih adaptif terhadap perubahan. Misalnya, pergeseran dari paradigma "pelayanan untuk memenuhi aturan" menjadi "pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat" membutuhkan perubahan mendalam dalam cara pandang dan cara kerja ASN.
Selain itu, pendekatan Schein dapat membantu mengidentifikasi subkultur organisasi dalam instansi pemerintahan. Dalam satu lembaga, bisa saja terdapat unit kerja dengan budaya yang berbeda. Beberapa unit mungkin sangat inovatif, sementara yang lain konservatif dan resisten terhadap perubahan. Pemahaman ini memungkinkan intervensi yang lebih tepat sasaran dalam proses perubahan organisasi. Pendekatan ini juga mendorong instansi pemerintah untuk melakukan audit budaya secara berkala. Dengan melakukan survei, wawancara, dan observasi terhadap artefak, nilai, serta asumsi, organisasi dapat mengevaluasi sejauh mana perubahan budaya telah berlangsung.
Tantangan lainnya dalam mengubah budaya organisasi pemerintah adalah resistensi terhadap perubahan. Banyak pegawai yang merasa nyaman dengan cara kerja lama dan tidak menyukai perubahan karena dianggap merepotkan atau tidak pasti. Oleh karena itu, pendekatan transformasi budaya harus dilakukan secara bertahap, terbuka, dan komunikatif agar proses perubahan tidak menimbulkan ketegangan internal.
Membangun budaya organisasi dalam pemerintahan bukanlah sesuatu yang statis. Ia dapat diubah dan dibentuk sesuai dengan kebutuhan zaman. Edgar Schein memberikan kerangka teoritis yang kuat dalam memahami dinamika ini melalui tiga level budayanya. Penerapan teori ini dalam konteks organisasi pemerintah menunjukkan bahwa perubahan budaya harus dilakukan secara menyeluruh, mulai dari perubahan simbolik (artefak), penguatan nilai-nilai (espoused values), hingga rekonstruksi keyakinan mendasar (basic assumptions). Tanpa perubahan pada semua level tersebut, reformasi birokrasi hanya akan menjadi slogan, bukan kenyataan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI