[caption id="attachment_302869" align="aligncenter" width="225" caption="Begrount/Galeri Ayam Bangkok"][/caption]
“ Selagi Ayam Mau Makan Jagung “, Semua pemberitaan media bisa diatur. Kata Anekdot ini sampai saat ini merupakan suatu kenyataan. Perkataan seperti ini sering di ucapkan oleh warga turunan Tionghua yang ada di Indonesia. Dengan logat Cina yang kental mereka sering mengucapkan kata kata ini kepada orang pribumi jika mereka mendapat kesulitan dalam urusan birokrasi pemerintahan. Dan perkataan yang satire ini menjadi kenyataan pula. Segala urusan mereka bisa lancar dengan memberikan sedikit salam tempel yang tentunya berisi sedikit pulus kepada aparat pemerintahan di Negara Indonesia.
Kini perkataan itu tidak saja di tujukan kepada birokrasi pemerintahan, tapi melainkan merambat ke dunia impormasi tentunya dunia messmedia , baik itu messmedia surat kabar, elektronik seperti TV, Radio dan media online yang banyak di temukan di internet. Selagi Ayam Mau Makan Jagung Pemberitaan Messmediapun bisa diatur.
Pengaturan sebuah berita di messmedia, tidak terlepas dari wartawan dan pemimpin redaksi nya. Selagi yang mengatur dapat untuk memenuhi apa yang di minta oleh si wartawan dan pemimpin redaksinya maka berita yang munculpun adalah berita yang baik baik saja yang menguntungkan bagi pihak si pengatur.
Yang sering melakukan pengaturan sebuah pemberitaan adalah orang orang yang bergerak dalam bidang usaha ileghal, agar usaha ileghal yang di jalankannya tidak tercium oleh aparat atau masyarakat, maka mereka mengatur wartawan untuk tidak memberitakan usaha yang mereka jalan kan.
Contohnya, ketika pemerintah menghapus seluruh bentuk perjudian di Indonesia, maka para cukong judipun mulai kasak kusuk, untuk membuka perjudian secara sembunyi sembunyi. Untuk melancarkan usaha perjudian mereka ini, pertama mereka melakukan negoisasi dengan pihak aparat hukum di mana usaha perjudian yang akan mereka buka. Dalam negoisasi ini muncullah pertanyaan dari pihak aparat hukum. “ Bagaimana dengan wartawan apa bisa diamankan ?”. jika aman barulah perjudian di gelar.
Makanya saat ini merebaknya perjudian Toto Gelap alias Togel di berbagai daerah di tanah air bisa berjalan mulus, karena semuanya sudah di atur. Yang pertama aparat hukumnya sudah di beri upeti dan yang kedua adalah wartawan/pemimpin redaksi yang sudah mendapat bulanan. Kalaupun ada pemberitaan tentang judi ini, kemungkinan wartawannya belum diatur oleh sang Bandar judi.
Pengaturan terhadap pemberitaan bukanlah hal yang langka di tanah air. Tapi hal tersebut sudah menjadi penyakit yang kronis di tubuh messmedia. Makanya ketika seorang kompasioner yang memakai nama palsu “Jilbab Hitam” menayangkan tulisan tentang Majalah Tempo yang memeras Bank Mandiri di kompasiana tidak membuat penulis merasa terkejut dan heran. Sebab penulis pernah melakukan hal yang seperti itu ketika bergelut di dunia kewartawanan.
Sekalipun Majalah Tempo, Kompas, Bisnis Indonesia, Antara News , Jawa Pos adalah media media besar di Indonesia yang di sebutkan oleh Jilbab Hitam tak luput dari pengaturan pemberitaan. Apa lagi messmedia local yang ada di daerah daerah. Permainan proposal untuk memeras adalah senjata ampuh yang di lakukan oleh Messmedia.
Contoh kecil penulis ketengahkan yang terjadi di daerah. Jika ada messmedia yang akan melaksanakan kegiatan, proposalpun melayang kepara pejabat di daerah, seperti kepada Bupati dan Walikota. Jika proposal ini tidak di penuhi, maka Pemimpin Redaksi messmedia tersebut memerintahkan wartawannya untuk mencari ke bobrokan para kepala daerah yang tidak menyahuti proposalnya.
Dan muncullah pemberitaan pemberitaan yang negative tentang sang kepala daerah. Pemberitaan itu bukan hanya muncul sehari dua hari, tapi setiap hari messmedia itu terbit. Pemeberitaan itu bisa muncul seminggu, sebulan bahkan setahun. Pemberitaan baru berhenti jika pihak yang di beritakan minta untuk berdamai. Jika perdamaian cocok barulah pemberitaan berakhir.
Pendek kata ucapan satire yang sering di lontarkan oleh orang orang Cina perantau di Indonesia Jika Ayam Masih Mau Makan Jagung segalanya bisa diatur, memanglah sebuah kenyataan. Artinya kapan pula Ayam berhenti makan jagung. Anekdot itu menggambarkan begitu sulitnya untuk melakukan pemberantasan terhadap Korupsi dan Pengutipan Liar (Pungli) di Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI