Saya juga selalu dipusingkan dengan hekter yang kerap kali hilang ketika saya butuhkan, persediaan kertas yang tiba-tiba habis, hingga merekap fotokopian yang seabgreg. Belum lagi ada sejumlah berkas yang gagal saya photo copy sehingga kertasnya jadi mubazir karena saya masih awam dalam melakukan proses photo copy.
Saya jadi iri dengan operator photo copy langganan saya waktu kuliah dulu soalnya mereka bisa melakukan urusan hekter menghekter dokumen hanya dalam waktu beberapa detik saja. Sedangkan saya harus beberapa kali menghekter dokumen karena seringkali hekter hilang. Sekalipun ada pada genggaman saya, saya selalu gagal untuk menghekter dokumen-dokumen yang tebal karena jam terbang saya masih minim dalam hal perfotokopian ini.
Operator photo copy langganan saya pun dengan lancarnya mengopyok kertas photo copy ukuran A4 ataupun ukuran A3 dengan lancar karena sudah bertahun-tahun jadi operator photo copy. Sedangkan saya, sudah satu minggu belajar, belum juga lancar mengopyok kertas. Bahkan, menghekter saja masih lama sekali karena teknik menghekter yang masih cupu dan hekter yang sering hilang di kantor. Hahahaha.
Kesimpulannya, jadi operator photo copy itu tidak semudah kelihatannya, lho! Dulu saya selalu julid dengna pengusaha photo copy karena keuntungan yang diambil sangatlah besar. Terynata, memang dibutuhkan kemampuan khusus oleh operator photo copy didapatkan setelah kerja keras selama bertahun-tahun. Kemampuan menggunakan mesin photo copy, kemampuan menghekter dokumen dengan rapi dan cepat, kemampuan menggunting dokumen dengan rapi dan cepat, dan problem solving yang efisien ketika melalukan serba-serbi kegiatan photo copy yang tidak bisa didapatkan dalam waktu satu malam.