Mohon tunggu...
wishnu sukmantoro
wishnu sukmantoro Mohon Tunggu... Administrasi - Saya suka menulis dan fotografi. Suka menulis tentang politik, militer, humaniora, lingkungan dan kesehatan

Saya ekolog satwa liar, menyelesaikan S1 Biologi Universitas padjadjaran, Master degree ekologi di Institut Teknologi Bandung, fellowship program di Pittsburg University dan Doktoral Fakultas Kehutanan di Institut Pertanian Bogor.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demo, Aksi Damai dan Politik Perpecahan

4 Desember 2016   21:20 Diperbarui: 4 Desember 2016   21:56 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.jpnn.com/

Di kalangan masyarakat terutama pengguna medsos akhir-akhir ini, aksi damai atau demo baik yang digawangi oleh kelompok ulama yang dikomandoi Rizieq dkk. atau kelompok Bhinneka Tunggal Ika menjadi perbincangan yang seru. Di Medsos terjadi dua kubu yang berbeda dan sering menjadi ajang saling kritik sampai hinaan atau cercaan.

Terbentuknya dua blok yang saling berlawanan ini adalah cerminan kelompok-kelompok masyarakat yang sudah pecah. Hal ini terlihat dari aksi serang komentar dan beberapa diantaranya terjadi perbedatan seru, di ranah medsos.

Para debater dan komentator pun dari berbagai profesi, tidak hanya dari kalangan anak tanggung, tetapi ada yang berprofesi pendidik, jurnalis, wirausahawan bahkan ulama. Aksi unfriendpun nampaknya sangat marak diantara masing-masing kelompok (selain banyak pula masyarakat yang tidak ingin terlibat dalam konteks ini melakukan aksi unfriend) yang menandakan hubungan pertemanan dalam medsospun hilang atau rusak dan mungkin sekali hubungan pertemanan secara nyata.

Aksi 411, adalah embrio lahirnya aksi balasan yang antithesis. Dalam teori agitasi dan propaganda, agitasi dan propaganda umumnya akan melahirkan aksi balasan (antithesis) apalagi dilakukan untuk tujuan perpecahan atau berbeda dengan kondisi dan realistik (Palmer 2007). Dalam kondisi ini, apabila agitasi dan propaganda ini terus menerus dilakukan dalam konteks yang sama, sang antithesis akan mencari bentuk untuk tujuan menampilkan dua kutub yang berbeda dan saling berlawanan (Hallas 1984).

Proses menjadi sama kuat itu bisa terjadi secara spontan, cepat ataupun proses panjang sesuai dengan kondisi dan sumber daya yang dipunyai. Kelompok antithesis dalam kondisi kurang kurang kuat, akan mengikuti alur permainan yang lebih kuat tetapi suatu saat, karena sumber daya dan pendukungnya banyak dan sama-sama kuat, bisa mengambil alih peran lebih proaktif atau kemudian melakukan intervensi kepada kelompok lawan, kondisi buruknya adalah pertikaian bahkan secara fisik.

Secara kasat mata terlihat, kelompok Bhinneka Tunggal Ika (BTI) secara signifikan berkembang dalam pendukungnya dalam aksi minggu pagi tadi (412), untuk mengikuti alur 212. Menariknya, kelompok ini juga ditunggangi orang-orang politik daripada sekedar menampilkan aksi “hati nurani” tentang kebinekaan. Niscaya, kelompok Rizieq dkk. yang rencananya akan menampilkan aksi ke-IV, sangat mungkin diikuti kelompok antithesis ini dengan menampilkan sebanyak mungkin pendukung yang bisa jadi jauh lebih besar dari saat ini. Dua kutub yang sama besar akan terbangun dan keduanya berlawanan.

Terlepas dari murni atau tidak murninya aksi damai dari kedua kelompok tersebut, agitasi dan propaganda yang dilakukan, sangat potensial melahirkan bahaya laten perpecahan terbuka yang kemudian bias jadi diikuti perang secara fisik apabila kedua kekuatan Nampak mencapai kekuatan yang sama besar dan tidak terkontrol.

Kelompok Rizieq dkk. sangat jelas menampilkan politik khilafahnya yang dianggap kemustahilan bagi BTI. Banyak di antara masyarakat tipe ini misalnya dalam konteks dilarang non muslim menjadi pemimpin adalah bentuk penjajahan baru dalam bungkus agama, atau BTI bisa jadi kelompok kelompok marginal yang dahulunya terpecah-pecah dari dampak Rizieq dkk. kemudian bersatu menghimpun kekuatan berdasarkan perasaan dan nasib yang sama. Sedangkan, bagi kelompok Rizieq dkk., kelompok BTI dianggap “kafir” atau munafik dalam persepsi keyakinannya yang lalu diucapkan secara terang-terangan di dalam berbagai forum.

Agitasi dan propaganda juga muncul memotivasi BTI untuk bisa lebih eksis, misalnya propaganda 211 yang berjumlah 7 juta (dalam kajian google ternyata berbeda-beda, ada yang menyatakan 400 ribu saja, sampai 3 juta), propaganda tangkap Ahok yang dijanjikan tentang surga, ajakan-ajakan sampai berjalan kaki ratusan km (faktanya sebagian menggunakan kendaraan). Kelompok BTI menjadi termotivasi untuk membuat aksi tandingan dan seterusnya.

Aksi BTI ini belum mencapai momentum yang pas, tetapi jika mencapai momentum yang pas, kelompok ini akan sangat cepat menghimpun kekuatan dari berbagai kelompok – kelompok kontra kelompok Rizieq dkk. Apalagi perang media terjadi diantaranya dan kemudian diikuti menghimpun sumber daya.

Kelompok Rizieq dkk. sudah lama menjadi agen perpecahan dalam setiap aksinya. Kelompok-kelompok yang kontra dengannya, tidak mencapai momentum yang pas karena selain kalah kuat dan jumlah pendukung sedikit dan terpecah-pecah, pemerintah dapat mengontrol kelompok Rizieq ini dalam beberapa hal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun