Bahasa memang mencerminkan karakter suatu wilayah, suku, ataupun bangsa. Kalau bahasanya efisien, begitu pula sifat aslinya. Kalau bahasanya 'lebay', ya memang demikian karakteristik suatu bangsa tersebut. Mari langsung kita beri contoh, dalam Bahasa Indonesia milik kita, ada frase Terapi Kejut, yang maknanya adalah memberikan pembelajaran kepada seseorang agar tidak mengulangi perbuatannya. Sementara dalam English, frase tadi dinamakan 'shock therapy'. Dari jumlah huruf, Terapi Kejut berjumlah 11, sementara shock therapy berjumlah 12. Tapi jumlah suku kata berbeda shock therapy hemat 1 suku dari terapi kejut. Ini bisa bermakna Indonesia tidak hemat waktu tapi hemat materi. Tapi itu baru satu contoh dan masih hipotesa sementara.
Mari kita ambil contoh lain. Kini kita ambil sebuah kalimat. 'Pemerintah Perlu Berikan Terapi Kejut(33/14)' dibandingkan dengan 'The Government should give Shock Therapy(35/10)'. Kesimpulan sementara masih sama dengan hipotesa sementara. English lebih hemat waktu tapi boros materi.
Kita coba lagi contoh lain, masih dalam kalimat. 'Apa yang ada di benak anda ketika mendengar nama-nama makanan itu' (55/25) dibanding dengan ' What is on your mind when hear the names of the food (41/12). Kali ini English memang benar-benar hemat material dan waktu.
Tiga contoh di atas untuk sementara bisa menyimpulkan bahwa Indonesia memang boros waktu tapi kadang hemat materi dibanding English. Silakan dibuktikan lagi dengan kata atau kalimat lain dan bandingkan juga dengan bahasa lain, tentunya sewaktu senggang.