Mohon tunggu...
Wira D. Purwalodra (Second)
Wira D. Purwalodra (Second) Mohon Tunggu... Dosen - Seorang Pembelajar dan Pencari Kebenaran.

Banyak mimpi yang harus kujalani dengan perasaan syukur dan ikhlas. Mimpi-mimpi ini selalu bersemi dalam lubuk jiwa, dan menjadikan aku lebih hidup. Jika kelak aku terjaga dalam mimpi-mimpi ini, pertanda keberadaanku akan segera berakhir .... dariku Wira Dharmapanti Purwalodra, yang selalu menjaga agar mimpi-mimpi ini tetap indah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membereskan Pikiran dan Hati di Bulan Suci!?

14 Juni 2017   10:44 Diperbarui: 15 Mei 2021   22:34 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjalani Ramadhan 1438 Hijriah ini, kita dituntut untuk membereskan fikiran dan hati, agar kelak ketika kita melepas Ramadhan nanti, kita siap menjalani hidup ini dengan fikiran yang jernah dan hati yang damai. Karena, esensi dari Ramadhan adalah mendidik pikiran dan hati kita, agar tetap hanif dan istiqomah dalam menyempurnakan berbagai ikhtiar.

Sebagian filosof menyatakan, bahwa hati nurani adalah kemampuan manusia untuk melihat ke dalam dirinya, dan membedakan apa yang baik dan apa yang buruk. Lepas dari segala kekurangan dan cacatnya, manusia merupakan mahluk yang mampu menentukan apa yang harus, yang baik, dilakukan, dan membuat keputusan berdasarkan pertimbangannya tersebut.

Melatih dan mengembangkan kepekaan hati nurani merupakan bagian dari keutamaan moral yang dianggap luhur oleh berbagai filsuf di dalam sejarah. Salah satunya adalah filsuf Eropa yang bernama Bonaventura. Ia berpendapat, bahwa hati nurani manusia terdiri dari dua bagian. Bagian pertama adalah bagian dari hati nurani yang secara alamiah bisa sampai pada kebenaran-kebenaran dasar dalam hidup manusia, seperti kebenaran yang terkandung pada perintah-perintah moral dasar, sebagai contoh, menghormati orang tua, menghargai sesama, dan tidak menyakiti mahluk hidup lainnya.

Setiap orang bisa sepakat tentang hal ini, karena hal ini tertanam jauh di dalam diri manusia. Bahkan manusia-manusia yang sudah melakukan tindakan 'korup' sekalipun, tetap bisa mengenali, bahwa contoh tadi, adalah perintah-perintah moral yang layak untuk dipatuhi.

Bagian kedua dari hati nurani adalah kemampuannya untuk menerapkan perintah-perintah moral di atas di dalam konteks kehidupan sehari-hari manusia. Bagian kedua ini juga merupakan bagian yang alamiah dari hati nurani manusia, walaupun bisa mengalami kesalahan, karena berbagai hal, seperti kurangnya informasi, ataupun kesalahan penarikan kesimpulan di dalam berpikir. Dua hal inilah yang menurut Bonaventura menjadi awal dari kejahatan.

Oleh karena itu, bertitik tolak dari dua bagian hati nurani tersebut, Bonaventura menegaskan, bahwa manusia perlu terus untuk mengembangkan kepekaan hati nuraninya, terutama bagian kedua dari hati nuraninya, supaya ia tidak terjebak pada perilaku-perilaku jahat. Ia perlu untuk mengumpulkan informasi sebanyak mungkin, sebelum membuat keputusan-keputusan penting dalam hidupnya, apalagi yang secara langsung berdampak pada orang lain.

Sementara itu, kita perlu melatih diri untuk mampu berpikir logis, kritis, reflektif, dan analitis di dalam memahami hidup dan kehidupan di dunia ini, sehingga tidak terjebak dalam penarikan kesimpulan yang salah. Dalam arti ini menurut Bonaventura, bahwa hati nurani kita sebagai manusia merupakan sesuatu yang dinamis, yang bisa berkembang seturut dengan upaya dari manusia itu sendiri.

Yang perlu kita ingat, bahwa pendidikan hati nurani merupakan pelengkap yang amat penting bagi pendidikan akal budi. Karena. mendidik hati merupakan proses mengembangkan kebijaksanaan batin. Sebagaimana yang di katakan oleh pakar pendidikan Amerika John Slon Dickey, bahwa "Tujuan akhir pendidikan adalah untuk melihat orang-orang menjadi utuh, baik dalam kompetensi maupun dalam hati nurani mereka, karena menciptakan kekuatan kompetensi tanpa menciptakan arah yang benar untuk mengarahkan pemanfaatan kekuatan itu merupakan pendidikan yang buruk, lagi pula kompetensi pada akhirnya akan berpisah dari hati nurani".

Selanjutnya, Puasa di bulan Ramadhan, merupakan salah satu solusi dalam mendidik hati nurani menjadi cerdas, tapi tentunya puasa yang di lakukannya itu harus benar-benar optimal dalam menjaga amalan hati. Karena tidak sedikit orang yang melakukan puasa tapi tidak menjaga hatinya, sehingga puasa yang di lakukannya itu tidak ada bekas dalam dirinya. Sebagaimana hadits Rasulullah Saw, "Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta maka Allah tidak butuh terhadap puasanya dari makan dan minum". (HR.Bukhari, Ahmad dan yang lainnya). Sedangkan dalam hadits yang lain di sebutkan: "Betapa banyak orang yang berpuasa, bagian dari puasanya hanya lapar dan dahaga". (HR. Ahmad).

Selain itu, dalam mengembangkan interaksi antar manusia, Puasa Ramadhan mampu memberikan bimbingan agar selalu mengutamakan integritas moral dalam perkataan dan perbuatan. "Siapa yang tidak meninggalkan perkatan dusta dan perbuatan buruk maka tidak ada bagi Allah Ta'ala nilainya dia meninggalkan makan dan minumnya". (HR. Bukhari). Kemudian, hadits lain menjelaskan bahwa "Puasa bukan hanya menahan makan dan minum saja, akan tetapi puasa juga menahan dari perbuatan sia-sia dan perkataan kotor, maka jika ada yang mencercamu dan berbuat jahat kepadamu katakanlah : Sesungguhnya saya sedang puasa, sesungguhnya saya sedang puasa." (HR. Ibnu Khuzaimah-Hakim). Dengan demikian, orang yang berpuasa akan selalu menghindari perbuatan yang munkar karena ia sadar kalau melakukan perbuatan keji dan munkar maka puasanya akan sia-sia. "Kamu adalah umat yang terbaik yang di lahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang baik (amar ma'ruf), dan mencegah dari perbuatan jahat, {nahi munkar}, dan beriman kepada Allah". (QS. Ali-Imran:110).

Imam Al-Qasthalani Rahimahullah mengatakan: "Puasa itu mempunyai nilai-nilai yang tinggi. Diantara, dapat menjadikan hati kita lembut dan air mata gampang mengalir. Itulah yang dapat mendatangkan kebaikan, sesungguhnya kekenyangan itu akan menghilangkan cahaya kebajikan, dan menjadikan kerasnya hati serta mendorong untuk berbuat yang haram".

Amru bin Qais mengatakan: "Jauhilah kekenyangan, sebab hal itu menyebabkan kerasnya hati". Harits bin Kaldah seorang dokter terkenal dari Arab mengatakan: "Menjaga makan adalah obat dari penyakit, sedangkan perut adalah sumber penyakit". Dzun Nun Al-Misry mengatakan: "Buatlah lapar di siang hari dan dirikan ibadah di ujung malam, niscaya Anda akan melihat keajaiban dari yang Maha Merajai dan Maha Perkasa". Yahya bin Muadz berkata: "Barangsiapa kekenyangan, maka dia akan malas untuk bangun malam". Akhirnya, dampak berlebih-lebihan dalam makan dan minum adalah banyak tidur dan malas melaksanakan shalat tarawih dan membaca al-Qur'an. "Makan, minum, berpakaian, dan bersedekahlah tanpa di sertai berlebih-lebihan dan kesombongan". (HR.Abu Daud-Ahmad).

Puasa yang kita lakukan pada bulan Ramadhan, oleh sebagian ahli dan dokter Barat kini di anggap sebagai "metode biologis efektif". Untuk mempersehat diri. Otto Buchinger, Sr, MD, ahli terapi puasa dari Jerman mengatakan puasa bagai mengoperasi tanpa pisau bedah, alasannya puasa merupakan cara penyembuhan diri tanpa obat-obatan, termasuk di situ upaya menyiram keluar ampas yang kotor, menyelaraskan mengarahkan kembali sistem kerja tubuh dan relaksasi. Menurut riset, pada saat puasa kesehatan fisik seseorang memang meningkat. Berpuasa akan membuat sistem metabolisme tubuh seimbang, membuat tubuh merasa ringan, energi meningkat, dan fikiran makin jernih. Detoksifikasi lewat puasa akan banyak memberi keuntungan bagi kita, daya tahan, kekebalan tubuh dan vitalitas biasanya meningkat.

Selain itu, Dr. Ralhp Cinque, pemilik sebuah klinik terapi alami di Amerika melakukan terapi puasa sejak tahun 1976, dan mengungkapkan, bahwa puasa memberikan beberapa ke untungan dari segi kesehatan, yakni "meningkatkan detoksifikasi tubuh, saat tubuh menguraikan simpana lemak dalam tubuh, saat itu pula timbunan racun dalam tubuh di kurangi, puasa menormalkan tekanan darah tinggi tanpa bantuan obat-obatan, setelah puasa tekanan darah tinggi seseorang akan normal bila tetap mengikuti gaya hidup sehat, puasa mempermudah seseorang dalam menghentikan kebiasaan buruk atau ketergantungan pada obat, puasa membersihkan kulit dan memutihkan, kemudian mata terlihat lebih cerah saat seorang sedang berpuasa". Manfaat puasa dari segi kesehatan, ia bisa memberesihkan usus-usus, memperbaiki kinerja pencernaan, membersihkan tubuh dari segala endapan makanan, mengurangi kegemukan dan kelebihan lemak di perut.

Kita tentu masih ingat bahwa jargon kesehatan yang dulu pernah viral di negri ini, yakni, "Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat," sudah membuktikan korelasinya. Karena itulah, melalui tubuh yang sehat ini, mari kita bereskan pikiran dan hati kita, agar tubuh fisik kitapun bisa terjaga oleh pikiran dan hati kita, yang kekuatannya lebih dahsyat dalam merusak ataupun membuat sehat tubuh fisik kita sendiri !!?. Wallahu A'lamu Bishshawwab.

Bekasi, 14 Juni 2017.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun