Mohon tunggu...
Winny Alaisa Annadzifah
Winny Alaisa Annadzifah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa UIN KH Abdurrahman Wahid Pekalongan || Mahasantri Pondok Pesantren Ittihadussyafi'iyyah Rowolaku Pekalongan

Hobi : Menulis, Membaca, Berkebun, Jalan-jalan sendiri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rumah Cinta Pertamaku, Ayah....

12 Agustus 2023   22:37 Diperbarui: 12 Agustus 2023   22:45 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Karina, seorang gadis sederhana yang tinggal bersama Ibunya. Ia tinggal didesa dataran tinggi yang diselimuti oleh awan berjalan hingga suasana dingin menyelimuti Karina. Ia adalah gadis yang tumbuh tanpa cinta pertamanya sekaligus kasih sayang seorang Ayah. Ia ditinggal oleh ayahnya ketika ia beranjak diusia yang cukup belia. 

Kematian cinta pertamanya membuat ia rapuh hilang segalanya seakan-akan dunia runtuh begitu cepatnya tanpa jeda waktu. Ayah bagi Karina adalah sosok yang takkan terganti oleh siapapun, satu-satunya laki---laki yang bisa mengerti dan tidak pernah menyakiti hati Karina. Setelah kepergiannya, Karina merasa hancur tak berdaya dan merasakan kehilangan yang sangat mendalam. Ia harus memulai dunia baru tanpa kekuatan cinta pertamanya melalui hari-hari yang dibaluti oleh kesedihan dan luka yang tergores tak berdarah."

Matahari terbit terlambat beberapa menit dari cakrawala karena terhadang oleh awan yang melintasi atas perbukitan hingga Aku terbangun terlambat menunaikan ibadah sholat shubuh. Aku bergegas cemas agar tidak tertinggal waktu shubuh, gemetar dalam sebuah do'a yang ku jabahkan pada Sang Kuasa. Mengingat selembar kertas pekerjaan yang harus dirapikan segera .

"Hari mulai makin siang, aku harus sampai disana tempat tepat waktu" Ucapku

Dengan tergesa-gesanya ia sarapan untuk mengisi energi diawal pagi dan pergi berpamitan beranjak dari rumah.

"Ibu, aku berangkat dulu yaaa... Assalamualaikum, ibu jaga baik-baik ya dirumah!" Teriak Karina

"Iya nak Wa'alaikumussalam..., kamu hati-hati dijalan, naik motornya jangan ngebut!"

...

Seperti biasa Karina, sebelum berangkat kerja ia selalu mampir ke makam Ayahnya untuk mencurahkan isi hatinya lalu menghias makam Ayahnya agar tetap cantik dan wangi"

"Assalamualaikum Ayah, Kirana datang yah untuk melihat rumah Ayah. Ayah gimana kabarnya?" Ucap Karina sambal menabur bunga diatas makam dan mencabut rumput liar yang mulai tumbuh satu per satu

"Ayah tahu tidak?!, setiap hari putri Ayah merindukanmu, dunia ini kejam yah, hidup ini sangat keras bagiku yah, aku sangat merindukan Ayah, Ayah jika engkau masih ada disisiku Karina ingin mengatakan terima kasih telah singgah dalam kehidupan putri Ayah yang sangat nyaman, bahkan kata Rumah pun kalah dan tidak sebanding dengan rasa nyaman yang orang lain berikan padaku Ayah. Aku beruntung jika masa kecilku diberikan rasa cinta oleh Ayah, sosok Ayah benar-benar tidak bisa digantikan oleh siapapun yah, Ayah tetap menjadi yang terbaik dalam hidupku dan akan selalu jadi yang terbaik yah. Ayah..... kepergian yang tidak akan berpulang, hanya menyisakan banyak kenangan yang terus abadi dalam hidup Karina dan Ibu yaah.. Karina masih ingat tangisan Ibu saat mengantar Ayah ke pemakaman, tapi ibu sosok yang kuat yah beda dengan Karina, Karina ingin sekali Ayah kembali dan terus bersama merasakan kasih sayang yang Ayah berikan pada Karina. Oh ya Ayah, Ibu sering marah dengan Karina karena Karina ingin ikut dengan Ayah, Karina selalu membayangkan Ayah melambai-lambai tangan mengajakku ke Surga dan menghiasi langit dengan kerlap-kerlipnya bintang ketika Karina sedang terpuruk dengan dunia yaah tapi kata Ibu tidak baik jika kehidupan itu dserahkan pada kematian, karena hidup adalah waktu yang penuh berkah untuk dijalani. Apa yang dikatakan Ibu memang benar namun tidak berarti untuk Karina yah, Karina mau Ayah kembali, Karina ingin kembali ke pangkuan dan memeluk Ayah untuk mengungkapkan betapa beratnya menahan kerinduan kepergian yang tidak akan berpulang...." Ucap Kirana dengan air mata yang terus mengalir deras

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun