Mohon tunggu...
Winia Sentani
Winia Sentani Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Segala Sesuatu tentang Kerinduan

18 Mei 2018   04:15 Diperbarui: 18 Mei 2018   04:48 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://wikimapia.org/

Saat ini kata rindu lebih menarik untuk dibahas. Pasti ada sebagian orang yang memang rindu dengan kata rindu atau mungkin ada orang yang memang sudah muak dengan rindu itu. Muak ? Iya wajar, Cuma bilang rindu, rindu dan rindu tanpa terajut kata temu. Insan perindu merupakan orang yang bisa dikagumi. Kenapa bisa ? Ya, berapa lama dia menahan rindu, berapa banyak orang yang dirinduinya dan berapa jauh jarak yang ia hadapi namun masih sanggup merasakan rindu. Ketika kesanggupan itu mencapai puncaknya tak ada yang lebih keluar melainkan layaknya butir mutiara di mata lalu berjalan membasahi permukaan pipi. Tak hanya menetes, namun membasahi. Bagaimanapun juga rindu telah memberikan arti yang berbeda disaat jarak terbentang luas dan disana kita sadar bahwa setiap detik waktu itu sangat berarti.

Terlalu asik bersahabat dengan rindu dan aku ingin selalu bersahabat denganmu.

Gimana jika rindu yang dirasa tidak berbalas ?
Rindu selalu membalas setiap rasa, meski hanya sekedar melalui mimpi. Ada yang bilang, " ketika bulu matamu jatuh, pertanda ada yang merindukan mu.". Rindu selalu menghampiri jiwa -- jiwa yang sama -- sama merindu.

Ku selalu menantikan bintang di tengah gelapnya langit malam, karena disaat itu aku bisa menghubungkan rasi bintang hal yang biasa kita lakukan ketika hanya bisa memandang langit yang sama dan belum sempat berjumpa. Seseorang pernah bilang, jangan takut pada jarak yang kejam, tapi yang ditakutkan ketika kita sama -- sama lelah dan membiarkan perasaan ini berubah. Rindu ini yang tak pernah usai, dan jangan pernah berhenti kau semai.

Yaahh hujan.., beberapa orang pasti mengeluhkan ketika si air yang jatuh dan membasahi bumi, tidak tidak denganku. Aku senang ketika hujan datang, karena ku bisa langsung bercerita tentang rindu di sela hujan. Air yang jatuh menyatu dengan tubuh dan perasaanku yang selalu aku pertanyakan kenapa dia yang selalu menjadi bahan yang ingin kupadukan dengan rindu dan turunnya hujan. Terkadang aku berpikir bahwa aku salah dan aku kalah, tapi hanya saja yang kurasakan kenangan yang telah kita ciptakan ini terlalu indah dan mewah. Sangat sulit memang jika kenangan itu membuatku otak dan memoriku bekerja kembali ketika dia mulai menjelajah mesin waktu yang telah berlalu. Dan jika hujan tak turun, tapi jika kau melihat mataku basah, itu bukan lah air mata ataupun sisa hujan yang belum ku seka, tapi itu genangan rindu yang tak pernah sampai pada muara.

Namun sesekali aku juga ingin menertawakan diriku sendiri. Lucu memang kalau terkadang rindu suka datang tak tentu. Terlalu cepat kukatakan rindu padahal kita baru bertemu. Padahal ia baru saja berlalu. Dan benar rindu menghampiri tak pernah mamandang waktu.

Kelak jika suatu saat kita bertemu, jangan kau tatap mataku. Karena aku tak sanggup menampung ribuan kenangan yang berlinang dimatamu. Yang akan meninggalkan rindu baru untukku selepas kita bertemu.

-YY-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun