Mohon tunggu...
Windy Keniko
Windy Keniko Mohon Tunggu... Insinyur - Kom Spelen

AKSARA (AKAL, SARKAS, RASIONAL)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Innumerevole

26 April 2020   23:48 Diperbarui: 27 April 2020   00:08 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sepulang sekolah tadi, anak-anak berlarian berhamburan keluar. Sudah lama sekali mereka menantikan untuk bermain layangan sore harinya. Mereka begitu tergesa-gesa karena harus membeli bahan-bahannya terlebih dahulu. Toko "AMAT" begitu sebutan nya, tempat menjual segala perlengkapan bermain layangan. Layangan sudah jadi, benang layangan sampai gulungan benangnya sendiri. Walau begitu, mereka memilih untuk membeli bahan-bahan dan merakit layangannya sendiri.

"Toko Amat masih jauh sih jaraknya, bagaimana kalau kita makan siomay tahu dulu ?", ajak Anggi pada teman-temannya.

"Iya sedari pelajaran matematika tadi, aku merasa lapar", ungkap Jojo

"Itu sih emang perutmu karet Jo, tapi boleh sihh.." sahut Dimas

"Tapi.. Kebetulan aku tidak membawa uang sih." Safar menimpal.

"Yaudah, kalo gitu kamu pakai uangku saja dulu far ?" Rina menawarkan saat itu.

"Ndak usah rin, lagian kata ibuku hari ini dia masak enak. Lebih baik aku makan dirumah saja nanti."

Begitulah kurang lebih percakapan anak-anak itu di tengah perjalanan. Hanya Willy dan Safar yang tidak ikut membeli siomay. Willy sudah diingatkan orangtuanya untuk tidak membeli makan sembarang. Ya walaupun Willy ambisius, tetap dia adalah pendengar yang baik. Mereka berdua memutuskan untuk tetap menemani mereka membeli siomay, karena mereka pikir bersama-sama lebih baik.

Di tengah perjalanan itu pula, anak-anak tersenyum lega. Siomay yang mereka inginkan itu, masih mejeng disana menanti seakan tahu ada sekumpulan anak-anak yang akan membeli nya. Masing-masing membeli 1 bungkus seharga 5000 rupiah. Kebetulan, anak-anak di desa ini sangat suka makanan pedas. Mereka tak segan untuk menambahkan sendiri saos siomay itu, karena abang tukang siomay sendiri pun tampak mempersilahkan dan tidak terkesan marah.

Tak lama, mereka langsung melanjutkan perjalanan membeli bahan ke Toko Amat. Sesampainya disana, mereka membeli bahan secukupnya. Mereka pikir satu anak hanya perlu merakit satu buah layangan. Layangan Anggi dan Rina dititipkan kepada Dimas yang sangat jago merakit. Mereka berdua kebetulan memang baru kali ini ikut bermain layangan, sehingga kurang mengerti cara merakitnya. Alhasil siang itu anak-anak langsung pulang ke rumah masing-masing. Mereka berniat merakitnya dirumah masing-masing saja, dan berkumpul di sore harinya untuk bermain layangan.

Sore tiba, Willy kebingungan karena hanya ada Safar di lapangan tempat bermain anak-anak desa itu. Ia terheran, karena biasanya dialah yang paling telat bergabung. Mereka berdua tetap menunggu sembari mempersiapkan layangan nya untuk diterbangkan, kebetulan cuaca sore itu sangat bagus. Mereka mulai berusaha menerbangkannya, dan tak lama layangan berhasil diterbangkan. Mereka menikmati permainan sore itu, walau dalam hati mereka tersimpan kesesalan terhadap teman-teman yang lain. Sudah hampir 30 menit mereka menunggu, tak kunjung tiba. Hari mulai gelap, orang orang di pedesaan juga sudah mulai berjalan pulang dari sawah maupun tempat pekerjaan lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun