Diskusi membuat suasana cair, Â tak lagi kaku. Komunikasi jadi terbuka dan terjadi dua arah. Apalagi aku juga sudah berusaha agar mimik wajahku, tak tampak seram sebagai pemateri.
Karena terkadang, aku sendiri takut melihat rupaku di cermin.
Ibu Eva, seorang ibu tiga anak, alumnus Unimed, Medan. Yang kini ikut suami di Kampung Datar, membuka pertanyaan.
Kampung Datar yang jauh di pegunungan, susah sinyal, dll. Bisa ditundukkan ibu Eva. Hingga tak menjadi penghalang menuai cuan.
Ibu Eva adalah penghayal yang hebat. Menggunakan dunia Maya menjadi cuan dari menulis.
Novel fiksinya, dikontrak di nasional hingga ke luar negeri. Ibu Eva, sebelum menulis adalah seorang pembaca yang baik.
Kunci menulis, adalah banyak membaca. Sehingga kaya perbendaharaan kalimat, Kosa kata . Membuat gampang menulis.
Paham paragraf dan alur cerita.
Satu novel karya Bu Eva bisa dihargai rp.12 juta lebih. Meski begitu, Bu Eva sering kali lupa karakter tokoh yang diciptakannya. Hal itu terjadi karena Bu Eva tak membuat kerangka tulisannya. Itu saja!
Menurut Bu Eva, jika ingin belajar nyetir mobil, harus duduk dibelakang stir. Artinya, kerjakan saja dulu. Jangan terlalu lama berteori. Kerjakan , teori menyusul.
Saya sepaham dengan cara ibu Eva. Mau jadi penulis, ya tulis dulu. Di kertas kek, dicatatan kek, dimana saja. Biarkan kesalahan menulis terjadi di awal.