Namun, Zaini merasa semua itu belum mampu menyelesaikan persoalan rendahnya produksi kopi.
Dan Zaini tak bisa menyembunyikan resah gelisah nya. Metode yang dipakainya hanya bisa menjangkau sebagian orang atau petani saja.
![Zaini, petani berprestasi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/08/12/fb-img-1597214232909-5f33e68e097f3638c705e192.jpg?t=o&v=555)
- Tawarkan Konsep Revolusi Kopi
Zaini menawakan sebuah konsep percepatan peningkatan SDM kopi bagi petani. Tentu saja hal ini bisa dilakukan Pemda, cq Dinas Pertanian setempat.
Karena kalau Zaini seorang, tentu memiliki kemampuan dan dana yang terbatas. Sementara Pemda mengelola uang trilyunan tapi tanpa visi misi yang jelas tentang kopi Gayo.
![Kampus Tani Zaini](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/08/12/fb-img-1597213421679-5f33e521d541df254e386e83.jpg?t=o&v=555)
Kebun percontohan bisa dilihat petani langsung, bagaimana mengelola kopi secara modern sehingga hasilkan produksi mencapai 3 ton lebih perhektar.
![Bukan hanya warga sipil, polisi di Aceh Tengah juga belajar kopi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/08/12/screenshot-2020-0812-134556-5f33e6ff097f3676dc5b94a2.png?t=o&v=555)
"Mudah bagi petani bertanya dan praktek untuk meningkatkan produksi. Ada rangsangan atau stimulus bagi petani" harap Zaini.
Cara ini, menurut Zaini sangat efektif sebagai upaya mendorong produksi kopi agar lebih sejahtera secara ekonomi. Artinya, ada peran nyata pemerintah secara berkelanjutan.
![Para wanita yang berlatih tani kopi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/08/12/screenshot-2020-0812-134409-5f33e5f5d541df5062236164.png?t=o&v=555)