Mohon tunggu...
Wilson Zhang
Wilson Zhang Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah

Pelajar Sekolah

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa Baku Dianggap Konyol: Krisis atau Evolusi Bahasa Gen Z

28 Agustus 2025   23:45 Diperbarui: 28 Agustus 2025   23:45 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Di tengah perkembangan teknologi dan tren yang terus berganti, di tengah perkembangan tersebut hadir Gen Z yang berkembang bersama dua hal tersebut. Generasi Z adalah kelompok demografis yang lahir antara tahun 1997 sampai 2012. Mereka adalah generasi yang dikenal tumbuh dengan kemajuan teknologi dan kemunculan media sosial. Dalam zaman ini, teknologi dan media sosial mempengaruhi pola pikir mereka dalam berkomunikasi dan berinteraksi. Fenomena yang terlihat mencolok adalah Gen Z beranggapan bahwa bahasa Indonesia baku adalah bahasa yang kaku, konyol, aneh, dan mereka juga beranggapan bahwa bahasa Indonesia baku tidak efektif digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menjadikan bahasa baku jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan digantikan oleh bahasa yang gaul bahi Gen Z. Menurut Nanang A.H (2024), media sosial telah menjadi ruang di mana bahasa gaul dihargai lebih daripada kepatuhan terhadap kaidah tata bahasa formal.

Bahasa gaul kini menjadi sarana bagi Gen Z untuk mengekspresikan keunikan dan kebebasan mereka. Karena setiap kosakata bahasa gaul memiliki ciri khas nada dan cara pelafalannya. Selain memiliki ciri khas dalam kedua hal tersebut, bahasa gaul seringkali menjadi ciri khas suatu kelompok sosial tertentu dengan beberapa kosakata bahasa gaul menjadi candaan yang hanya diketahui untuk beberapa kelompok sosial. Bagi Gen Z, bahasa gaul memungkinkan untuk mengekspresikan diri sendiri lebih santai dan bebas. Kosakata yang digunakan oleh kalangan Gen Z seperti gacor, ytta, santuy, dan gabut digunakan dalam sehari-hari tidak sekadar mengikuti tren, tetapi juga membentuk komunikasi yang lebih ekspresif. Kosakata tersebut bisa muncul di kalangan Gen Z dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti media sosial dan tren populer. Media sosial menjadikannya wadah utama dalam penyebaran bahasa gaul. Setiap tren bahasa gaul yang muncul di satu platform, dengan cepat tersebar ke platform lainnya. Kemunculan bahasa gaul juga dipengaruhi oleh tren populer, seperti musik, film, dan tren-tren lainnya. Istilah-istilah baru yang populer muncul mudah diadopsi oleh kalangan Gen Z, maka istilah tersebut akan menjadi bahasa gaul.

Walaupun bahasa gaul banyak digunakan, banyak remaja yang melupakan penggunaan bahasa baku dengan itu menimbulkan pertanyaan. Apakah penggunaan bahasa baku akan pudar di masa yang akan datang? Menurut Hakim (2023), generasi muda menganggap bahwa penggunaan bahasa baku membosankan dan terlalu formal atau kaku untuk digunakan sehingga bahasa baku jarang digunakan. Bahasa baku tetap memiliki peran penting dalam beberapa okasional, terutama dalam dunia kerja. Mungkin bahasa baku hanya berlaku di beberapa okasional, namun penggunaan bahasa baku dapat memperjelas makna dan menghindari kesalahpahaman.

Penggunaan bahasa gaul di kalangan Gen Z yang dominan memiliki resiko dan tantangan. Media sosial, yang menjadi pusat interaksi mereka, mendorong komunikasi yang cepat, praktis, dan singkat. Sehingga bahasa gaul terasa lebih efektif untuk digunakan dibandingkan bahasa baku. Menurut Jurnalpost (2024), kalangan muda lebih nyaman berinteraksi menggunakan singkatan, kosakata serapan bahasa inggris, atau istilah khusus yang digunakan oleh kelompok tertentu daripada mengikuti tata bahasa yang formal. Risikonya, jika bahasa gaul terus mendominasi di kalangan muda dan menjadi bahasa utama dalam sehari-hari, kalangan muda akan kesulitan untuk menulis dokumen resmi, berkomunikasi secara profesional, dan situasi lainnya yang mengharuskan penggunaan bahasa formal atau baku. Selain itu, perbedaan besar antara bahasa yang digunakan di dunia maya atau bahasa gaul dan bahasa yang diajarkan di sekolah dapat menciptakan jarak psikologis, kenapa bisa begitu? Dengan kalangan muda yang menggunakan bahasa gaul sebagai bahasa utama dalam kehidupan sehari-hari, hal tersebut menumbuhkan sebuah pemikiran bahwa bahasa Indonesia yang baku tidak penting untuk digunakan dalam sehari-hari. 

Ada solusi yang bisa dipraktikkan untuk mengatasi dominannya bahasa gaul seperti menerapkan pembelajaran bahasa Indonesia yang menarik dan lebih kontekstual dengan metode pembelajaran yang unik, siswa yang menyimaknya tertarik dengan subjek yang dibahas oleh guru dan jika pembelajaran lebih kontekstual dalam arti lain memiliki implementasi dalam kehidupan sehari-hari, siswa lebih antusias mengikuti pembelajaran tersebut. Dan dengan penggunaan media sosial yang massal, membuat konten edukasi yang menarik dalam bentuk video reels dan meme. Dengan edukasi yang berbentuk video reels dan meme bisa menarik perhatian kalangan muda untuk menyimak konten tersebut. Namun orang tua, guru, dan figur publik seperti selebriti dan influencer bisa menjadi contoh teladan dalam penggunaan bahasa baku agar kalangan muda terinspirasi menggunakan bahasa baku. Dengan demikian bahasa baku tidak hanya dipertahankan, tetapi kalangan muda akan tertarik mempelajari bahasa baku.

Bisa disimpulkan bahwa bahasa adalah sesuatu yang selalu berubah mengikuti perkembangan zaman. Namun, kalangan yang lebih tua beranggapan bahwa penggunaan bahasa gaul oleh Gen Z sebuah krisis bahasa, Lebih baik jika kita memandang fenomena tersebut sebagai bentuk evolusi bahasa. Sejarah menunjukkan bahwa bahasa selalu berevolusi untuk mengikuti budaya, teknologi, dan kebutuhan komunikasi. Perbedaan cara berbahasa bukanlah hal yang menjadi perpecahan melainkan bukti sosial yang sehat.

Generasi muda boleh menggunakan bahasa gaul untuk komunikasi, namun perlu diperhatikan juga dalam waktu penggunaan bahasanya dan melihat situasi. Meskipun bagi kalangan Gen Z bahasa baku adalah bahasa yang kaku, kalangan muda juga perlu untuk menguasai bahasa baku untuk keperluan yang penting. Dengan cara mengajar yang bagus, literasi formal dapat berjalan bersama dengan kebebasan ekspresi. Hal ini tidak hanya menjaga relevansi bahasa Indonesia baku, melainkan memastikan bahwa bahasa Indonesia tetap menjadi identitas bangsa yang kuat dan modern.

Daftar Pusaka:

Nanang, A. H. 2024. Gen Z dan Evolusi Bahasa: Saat Kreativitas Anak Muda Merajai Media Sosial. Diperoleh 6 Agustus 2025, dari https://www.kompasiana.com/nahidayat/675f586cc925c4707d7bc882/gen-z-dan-evolusi-bahasa-saat-kreativitas-anak-muda-merajai-media-sosial

Hakim, L. 2023. BAHASA INDONESIA PUDAR DI KALANGAN GEN Z? BELAJAR BAHASA BAKU YANG TIDAK KAKU BARENG IVAN LANIN. Diperoleh 6 Agustus 2025, dari
https://www.froyonion.com/news/stories/bahasa-indonesia-pudar-di-kalangan-gen-z-belajar-bahasa-baku-yang-tidak-kaku-bareng-ivan-lanin

Hasbi. 2024. Tantangan dalam Penggunaan Bahasa Indonesia di Media Sosial. Diperoleh 6 Agustus 2025, dari
https://jurnalpost.com/tantangan-dalam-penggunaan-bahasa-indonesia-di-media-sosial/68854/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun